UB gandeng Bapanas galakkan konsumsi pangan lokal guna cegah stunting
26 Oktober 2024 14:46 WIB
Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof Widodo (dua dari kiri), Direktur Penganekaragaman Pangan Bapanas, Rinna Syawal (tiga dari kiri) saat memberikan keterangan kepada wartawan di kampus UB, Sabtu (26/10) (ANTARA/Endang Sukarelawati)
Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas) menggalakkan konsumsi pangan lokal dengan memanfaatkan potensi pada masing-masing daerah guna mencegah stunting.
Rektor UB Prof Widodo di Malang, Jawa Timur, Sabtu, mengemukakan kerja sama dengan Bapanas merupakan salah satu bentuk kepedulian UB kepada masyarakat.
"UB terus berupaya bagaimana memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat. Oleh karena itu kami mengembangkan berbagai potensi pangan lokal yang nantinya bisa membantu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang muaranya pada pencegahan stunting," katanya kepada wartawan usai penyerahan bibit kepada kelompok urban farming Kota Malang di kampus UB.
Baca juga: Rektor UB: Tri Dharma PT bantu mahasiswa percepat turunkan stunting
Produksi pangan lokal yang dikembangkan UB melalui Fakultas Pertanian (FP) antara lain jenis rimpang berupa umbi porang beserta turunannya. Dalam umbi porang yang sudah diolah menjadi berbagai produk itu mempunyai kandungan gizi dan serat yang tinggi.
Hasil olahan umbi porang yang dikembangkan FT UB tersebut antara lain minuman jelly porang, tepung porang, dan bakso umbi porang.
Sementara itu Direktur Penganekaragaman Pangan Bapanas Rinna Syawal mengatakan untuk mengubah mindset masyarakat untuk mengurangi beras secara bertahap dan beralih ke bahan pokok karbohidrat lainnya, ada empat cara yang harus dilakukan.
Cara pertama, katanya, mengadvokasi pemerintah daerah (pemda) untuk menggali potensi pangan lokal di daerah masing-masing. Kedua, mengedukasi masyarakat bahwa pemenuhan karbohidrat tidak harus nasi, ada beberapa bahan pangan lokal yang bisa menggantikannya, seperti ubi jalar, ubi kayu (singkong), kentang, porang, dan lainnya.
Baca juga: Bapanas: Pemanfaatan makanan lokal cegah Indonesia dari krisis pangan
Ketiga, lanjutnya, mendorong industri pangan menggunakan bahan lokal, seperti pembuatan mi yang selama ini berbahan baku terigu dan 100 persen impor, bisa menggunakan bahan mocaf, sagu, maupun sorgum.
"Yang terakhir kami dorong para pelaku usaha kuliner maupun wisata juga menggunakan bahan lokal untuk sajiannya. Potensi pangan lokal kita sangat banyak dan beragam, namun belum digali secara maksimal," ujarnya.
Sementara itu komoditas bibit pangan yang diserahkan kepada 123 kelompok urban farming di Kota Malang atas bantuan Bank Indonesia (BI) Malang yakni bibit cabai sebanyak 6.200 bibit dan ubi sebanyak 620 batang.
Baca juga: Bapanas beri bantuan pengolahan pangan lokal UMKM di Maluku Tenggara
Rektor UB Prof Widodo di Malang, Jawa Timur, Sabtu, mengemukakan kerja sama dengan Bapanas merupakan salah satu bentuk kepedulian UB kepada masyarakat.
"UB terus berupaya bagaimana memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat. Oleh karena itu kami mengembangkan berbagai potensi pangan lokal yang nantinya bisa membantu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang muaranya pada pencegahan stunting," katanya kepada wartawan usai penyerahan bibit kepada kelompok urban farming Kota Malang di kampus UB.
Baca juga: Rektor UB: Tri Dharma PT bantu mahasiswa percepat turunkan stunting
Produksi pangan lokal yang dikembangkan UB melalui Fakultas Pertanian (FP) antara lain jenis rimpang berupa umbi porang beserta turunannya. Dalam umbi porang yang sudah diolah menjadi berbagai produk itu mempunyai kandungan gizi dan serat yang tinggi.
Hasil olahan umbi porang yang dikembangkan FT UB tersebut antara lain minuman jelly porang, tepung porang, dan bakso umbi porang.
Sementara itu Direktur Penganekaragaman Pangan Bapanas Rinna Syawal mengatakan untuk mengubah mindset masyarakat untuk mengurangi beras secara bertahap dan beralih ke bahan pokok karbohidrat lainnya, ada empat cara yang harus dilakukan.
Cara pertama, katanya, mengadvokasi pemerintah daerah (pemda) untuk menggali potensi pangan lokal di daerah masing-masing. Kedua, mengedukasi masyarakat bahwa pemenuhan karbohidrat tidak harus nasi, ada beberapa bahan pangan lokal yang bisa menggantikannya, seperti ubi jalar, ubi kayu (singkong), kentang, porang, dan lainnya.
Baca juga: Bapanas: Pemanfaatan makanan lokal cegah Indonesia dari krisis pangan
Ketiga, lanjutnya, mendorong industri pangan menggunakan bahan lokal, seperti pembuatan mi yang selama ini berbahan baku terigu dan 100 persen impor, bisa menggunakan bahan mocaf, sagu, maupun sorgum.
"Yang terakhir kami dorong para pelaku usaha kuliner maupun wisata juga menggunakan bahan lokal untuk sajiannya. Potensi pangan lokal kita sangat banyak dan beragam, namun belum digali secara maksimal," ujarnya.
Sementara itu komoditas bibit pangan yang diserahkan kepada 123 kelompok urban farming di Kota Malang atas bantuan Bank Indonesia (BI) Malang yakni bibit cabai sebanyak 6.200 bibit dan ubi sebanyak 620 batang.
Baca juga: Bapanas beri bantuan pengolahan pangan lokal UMKM di Maluku Tenggara
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024
Tags: