Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian menyampaikan pemerintah perlu bergerak di sektor perdagangan jasa guna meningkatkan ekspor Indonesia.

"Strategi perdagangan juga mesti bergerak, dari hanya fokus ekspor-impor barang, mesti bergerak ke jasa juga," ujar Dzulfian dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Dzulfian mengatakan, saat ini struktur ekspor Indonesia masih didominasi oleh perdagangan barang.

Menurut dia, tren perdagangan di sektor jasa secara global terus meningkat, sedangkan perdagangan barang sudah kembali ke level sebelum pandemi COVID-19 dan akan terus seperti itu.

"Tren global saat ini, jasa ini terus naik. Masa depan itu ekspor jasa seperti subscribtion YouTube premium, Netflix, berbagai AI dan lainnya. Kalau kita nggak ke sana, tenggelam kita dimakan zaman," ujar Dzulfian.

Berdasarkan Satu Data Perdagangan, pada 2023 jumlah ekspor jasa Indonesia mencapai 33,27 miliar dolar AS. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan 2022 yang sebesar 23,21 miliar dolar AS.

Lebih lanjut, untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia, Dzulfian merekomendasikan agar atase perdagangan secara aktif mengundang investor asing masuk ke Indonesia untuk membangun industri yang bernilai tambah tinggi dan menciptakan pekerjaan berkualitas.

"Secara bersamaan, para atase juga berkewajiban membuka jalan bagi berbagai perusahaan Indonesia ekspansi ke luar negeri, baik berupa ekspor barang/jasa dan juga outward foreign direct investment," kata Dzulfian.

Dari sisi pasar dagang, Dzulfian mengatakan pemerintah harus tetap fokus pada negara-negara dagang utama seperti China, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun, intensitas perdagangan dengan pasar tradisional perlu untuk ditingkatkan.

Dzulfian juga menilai, mengincar pasar non tradisional seperti Asia Selatan, Asia Tengah, Afrika dan Amerika Selatan merupakan ide yang baik. Hanya saja, terdapat sejumlah kelemahan yang dapat membuat strategi perdagangan Indonesia menjadi terpecah.

"Kelemahannya adalah akhirnya fokus strategi perdagangan kita jadi terpecah, padahal kita memiliki sumber daya dan pengetahuan yang terbatas untuk ekspansi ke mitra-mitra baru ini," ucapnya.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memiliki tiga prioritas utama pada pada masa kepemimpinan Prabowo Subianto, yakni pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor dan peningkatan UMKM untuk siap ekspor.

Tiga program utama ini diharapkan mampu mendorong Indonesia menjadi negara maju.

Baca juga: Kemendag ajak pelaku usaha manfaatkan ekspor jasa kreatif ke Korsel
Baca juga: Kemendag minta pelaku usaha jasa mengoptimalkan perjanjian dagang