Jakarta (ANTARA News) - Kapan Indonesia tampil di Piala Dunia? Kalau tidak ada langkah konkret, sampai lebaran kuda pun sepak bola kita akan begini-begini terus.

Tidak tanggung-tanggung, pertanyaan sekaligus jawaban itu keluar dari mulut orang nomor satu Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketika membuka rapat kabinet bidang politik, hukum, keamanan, kesejahteraan rakyat dan ekonomi, pada 5 Juli 2010 di Kantor Kepresidenan di Jakarta.

Banyak negara yang berduka karena tersingkir dari turnamen Piala Dunia, tetapi jangan salah, banyak pula negara yang mengalami keprihatinan berkepanjangan akibat negaranya tidak tampil, tentu saja termasuk Indonesia.

Presiden pun amat prihatin dan sebelumnya ia meminta para pemangku kepentingan untuk bersama-sama bertekad memajukan persepakbolaan nasional.

Sebelum diadakan Kongres Sepakbola Nasional di Malang akhir Maret empat tahun lalu, Presiden mengatakan, harus ada langkah konkret membenahi urusan sepak bola di Indonesia.

Kemudian saat membuka rapat kabinet, ya itu tadi, ia mengatakan, "Kalau tidak ada langkah konkret, sampai lebaran kuda, sepak bola kita akan begini terus".

Presiden ketika itu sudah berbicara kepada PSSI, KONI, serta Menteri Pemuda dan Olahraga untuk membenahi urusan sepak bola nasional.

Menurut SBY, Indonesia memiliki potensi berprestasi di bidang sepak bola tingkat internasional, karena Indonesia telah memiliki modal yang cukup untuk berprestasi di dunia sepak bola tingkat internasional.

"Kecintaan masyarakat terhadap sepak bola tinggi. Bangsa kita punya talent. Kita juga punya riwayat juara. Sudah banyak. Maka mari kita tata sedikit lagi," ungkap Presiden.

SBY pun mengadakan nonton bareng Piala Dunia 2010 di Ruang Puri Kencana, Hotel Inter Continental Jimbaran, Bali, pada 11 Juni, antara Afrika Selatan melawan Meksiko, yang juga dihadiri wartawan.

Presiden bertanya kepada wartawan, "Kapan PSSI masuk Piala Dunia?" Pertanyaan itu disambut tawa yang hadir.

"Kalau dari jumlah penduduk, tidak perlu berkecil hati. Tiongkok tak masuk toh? India tak masuk toh? canda SBY. Namun kemudian SBY menambahkan untuk tidak menjadikan hal tersebut alasan.

SBY, seperti diberitakan media ketika itu, sangat menikmati jalannya pertandingan. Presiden terkadang terlihat menanggapi komentar Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang menonton dengan amat bersemangat di sebelah kanan Presiden. Sedangkan di sebelah kiri SBY adalah Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Ketika pemain Meksiko berhasil menceploskan bola ke gawang Afsel, SBY bertepuk tangan bersama yang lainnya. Namun gol tersebut dianulir oleh wasit sehingga SBY kembali menggeleng sambil tersenyum.

Di akhir babak pertama, Presiden bertepuk tangan untuk kedua tim. Kemudian Menpora Andi Mallarangeng berdiri dan membahas pertandingan sedikit dengan Presiden dan para menteri yang duduk di deret depan.

"Kalau teknik perorangan, Meksiko mungkin lebih sedikit di atas," kata SBY, yang gemar sepak bola dan beberapa kali nonton tayangan langsung di televisi, baik kompetisi liga Eropa atau event besar seperti Piala Eropa dan Piala Dunia.

Tidak ada berita antara SBY dan Piala Dunia 2014 Brasil dan apakah calon presiden penggantinya Jokowi atau Prabowo mencintai sepak bola dan akan turun tangan membenahi olah raga paling populer ini?



Indonesia di Piala Dunia


Indonesia sebenarnya pernah tampil di Piala Dunia, bahkan merupakan negara Asia pertama yang berlaga di ajang turnamen akbar itu, tepatnya Piala Dunia 1938 di Prancis.

Tetapi saat itu nusantara belum merdeka, sehingga Indonesia mengusung nama Nederlandsche Indiesche atau Netherland East Indies atau Hindia Belanda.

Situasi tidak menentu di Eropa dan sulitnya perjalanan ke Prancis secara tidak langsung memberikan keuntungan, karena Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12.

Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding sehingga pemain calon negara Indonesia pun melenggang ke Prancis.

Pengiriman kesebelasan Hindia Belanda bukannya tanpa hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI yang telah berdiri April 1930.

PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain mereka yang dikirimkan. Nmun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.

Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.

Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.

Pada babak penyisihan, Hindia Belanda langsung menghadapi tim tangguh, Hungaria, yang kemudian meraih posisi runner-up.

Tidak banyak informasi yang didapatkan mengenai pertandingan di Stadion Velodrome Municipale, Reims, 5 Juni 1938, tersebut. Pada pertandingan yang disaksikan 9.000 penonton itu, Hindia Belanda tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa pulang lebih cepat setelah kalah 0-6.

Memang belum menggunakan bendera Merah-Putih, tapi ini merupakan satu-satunya penampilan "tim Indonesia" di Piala Dunia, hingga 2014.

Pertanyaan ini entah kapan berakhir: Kapan Merah Putih tampil di Piala Dunia?