Menko CT: penduduk miskin stagnan karena pertumbuhan rendah
1 Juli 2014 20:01 WIB
Pengusaha nasional Chairul Tanjung berfoto dengan buku outobiografinya yang berjudul "Chairul Tanjung Si Anak Singkong" yang diluncurkan di Function Hall, Gramedia Matraman, Jakarta, Senin (2/7). Buku setebal 360 halaman yang ditulis wartawan Kompas Tjahja Gunawan Adiredja ini menceritakan kisah lengkap perjalanan hidup Chairul Tanjung yang penuh dinamika dan tantangan hingga menjadi pengusaha sukses. (FOTO ANTARA/Teresia May)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan jumlah penduduk miskin di Indonesia relatif stagnan, karena pertumbuhan ekonomi tidak bisa melampaui angka enam persen.
"Ini adalah sebuah keniscayaan, kalau pertumbuhan ekonomi kita tidak tinggi dan kualitasnya tidak masuk kepada sektor yang memberikan keberpihakan kepada masyarakat miskin, begini hasilnya," katanya di Jakarta, Selasa.
Chairul mengatakan salah satu solusi yang harus dilakukan pemerintah agar jumlah penduduk miskin turun signifikan, adalah mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi agar terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja.
"Pembangunan kita harus berpihak, pertumbuhan ekonomi harus tinggi, karena tanpa itu maka tidak akan ada penyerapan tenaga kerja dan pengurangan angka kemiskinan yang signifikan," katanya.
Selain itu, kualitas pertumbuhan ekonomi harus lebih inklusif dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin, yaitu dengan menambah anggaran agar program-program pengentasan kemiskinan dapat berjalan efektif.
"Keberpihakan anggaran pemerintah harus lebih diupayakan untuk mendorong supaya kemiskinan lebih cepat bisa terhempaskan, jadi memang harus inklusif proses pembangunannya secara keseluruhan," ujar Chairul.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang atau 11,25 persen. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada Maret 2012 yang tercatat 29,25 juta orang atau 11,96 persen.
Penurunan indikator kemiskinan juga menunjukkan adanya kecenderungan yang melambat, yang diikuti dengan peningkatan ketimpangan pendapatan. Hal tersebut terlihat dari gini ratio yang tercatat sebesar 0,41 atau tertinggi dalam 50 tahun.
Dengan penurunan jumlah penduduk miskin yang berlangsung seperti kecenderungan dalam beberapa tahun terakhir, maka target RPJMN angka kemiskinan yang ditetapkan 8-10 persen pada 2014 diperkirakan tidak akan tercapai. (S034/I007)
"Ini adalah sebuah keniscayaan, kalau pertumbuhan ekonomi kita tidak tinggi dan kualitasnya tidak masuk kepada sektor yang memberikan keberpihakan kepada masyarakat miskin, begini hasilnya," katanya di Jakarta, Selasa.
Chairul mengatakan salah satu solusi yang harus dilakukan pemerintah agar jumlah penduduk miskin turun signifikan, adalah mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi agar terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja.
"Pembangunan kita harus berpihak, pertumbuhan ekonomi harus tinggi, karena tanpa itu maka tidak akan ada penyerapan tenaga kerja dan pengurangan angka kemiskinan yang signifikan," katanya.
Selain itu, kualitas pertumbuhan ekonomi harus lebih inklusif dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin, yaitu dengan menambah anggaran agar program-program pengentasan kemiskinan dapat berjalan efektif.
"Keberpihakan anggaran pemerintah harus lebih diupayakan untuk mendorong supaya kemiskinan lebih cepat bisa terhempaskan, jadi memang harus inklusif proses pembangunannya secara keseluruhan," ujar Chairul.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang atau 11,25 persen. Jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada Maret 2012 yang tercatat 29,25 juta orang atau 11,96 persen.
Penurunan indikator kemiskinan juga menunjukkan adanya kecenderungan yang melambat, yang diikuti dengan peningkatan ketimpangan pendapatan. Hal tersebut terlihat dari gini ratio yang tercatat sebesar 0,41 atau tertinggi dalam 50 tahun.
Dengan penurunan jumlah penduduk miskin yang berlangsung seperti kecenderungan dalam beberapa tahun terakhir, maka target RPJMN angka kemiskinan yang ditetapkan 8-10 persen pada 2014 diperkirakan tidak akan tercapai. (S034/I007)
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: