Jakarta (ANTARA News) - Indonesia selalu buka diri untuk melakukan kerja sama dengan negara tetangga yang selama ini menerima asap kiriman dari Sumatera dan Kalimantan, sebagai akibat adanya kebakaran hutan di lahan gambut di dua kepulauan tersebut. Dalam konferensi pers di kantor Menko Kesra, Jakarta, Selasa, Kepala Pelaksanaan Harian Bakornas Syamsul Ma`arif mengungkapkan bahwa kalau negara tetangga ingin menawarkan kerja sama untuk mengatasi asap ini tentunya merupakan kesempatan baik. "Kita menyadari bahwa masalah asap kiriman selalu menjadi keluhan bagi beberapa negara tetangga. Untuk tujuan itulah, pihaknya sudah sejak lama mengintesifkan usaha mengatasi asap ini agar nanti tidak lagi meresahkan negara tetangga," ujarnya. Kiriman asap tebal dari Indonesia yang menggangu berbagai sektor di Malaysia mulai menimbulkan rasa frustrasi Pemerintah Malaysia terhadap negara kepulauan yang terbesar di dunia ini. Indonesia dinilai masih kurang banyak melakukan tindakan yang maksimal untuk mengatasi asap akibat kebakaran hutan. Menteri Kesehatan Malaysia Chua Soi Kek dilaporkan telah meminta Pemerintah Indonesia menyadari bahwa serbuan asap kiriman dari Sumatera setiap tahun telah membuat masyarakat di kawasan tersebut repot. "Pemerintah Indonesia sepenuhnya sadar dengan masalah yang mereka timbulkan atas kami semua di sini (ASEAN) terlebih bagi Malaysia dan Singapura," ujar Chua. Sebaliknya Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar mengatakan bahwa negara-negara ASEAN harus bekerjasama untuk mengatasi keadaan yang selalu berulang ini. Dia juga ingin negara negara ASEAN bisa merumuskan rencana aksi dari pada hanya sekedar menandatangani kesepakatan yang hasilnya tidak seberapa. "Karena kita sama-sama terkena dampak (dari serbuan asap), mari kita mencoba mengatasi bersama dalam bentuk aksi nyata agar usaha yang dilakukan Indonesia untuk memadamkan api berjalan cepat dan lancar," ujar Hamid kepada wartawan. Menanggapi padangan negara tetangga, Syamsul selanjutnya menjelaskan titik api yang ada di Sumatera dan Kalimantan sebenarnya sudah sangat berkurang, tapi asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut masih tetap menggumpal dan mengambang di awan dalam waktu yang cukup lama. Kemudian asap tersebut ditiup angin ke arah negara tetangga dan wilayah lain. Pengumpalan dan bertahannya asap di awan disebabkan faktor cuaca (sea surface temperatur/SST) yang dingin di Samudra Hindia telah menyulitkan terjadinya penguapan sehingga awan potensial sulit terbentuk di lokasi kebakaran hutan. Untuk mengatasi asap ini, pihaknya dilaporkan sudah melakukan langkah tertentu seperti hujan buatan (cloud seeding) dan penyemprotan air (water bombing) dengan pesawat, tegasnya dan menambahkan sesuai dengan arahan Wapres RI (9/10), operasi tetap dilanjutkan dengan ditambah dukungan water bombing dengan menggunakan 10 unit helikopter BO yang saat ini sedang dipersiapkan bumby bucket dan penerbangannya. Lebih jauh lagi, ia menjelaskan bahwa kondisi lapangan menunjukan sumber api di Kalimantan sebagian besar terjadi di lahan gambut yang meliputi Kalteng, Kalsel. Selain itu, di Sumatera sebagian besar lokasi sumber api juga berada di lahan gambut. "Bagaimanapun usaha untuk mengatasi asap akan terus diintensifkan baik dengan mengambil langkah yang diperlukan maupun langkah hukum terhadap perusahaan yang terlibat melakukan pembakaran hutan," ujar Syamsul. (*)