Jakarta (ANTARA) - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) sedang mengembangkan pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk memeriksa/mengecek fakta dan menjadi alat untuk mencegah hoaks.

“Bagaimana alat-alat dari AI ini kami manfaatkan untuk memeriksa fakta, tapi masih pengembangan, ya,” ujar Anggota Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Heni Mulyati dalam podcast bertajuk “Disinformasi di Pilkada” oleh Perludem, yang dipantau dari Jakarta, Kamis.

Pernyataan tersebut ia sampaikan terkait penggunaan AI dalam penyebaran hoaks, seperti membuat video-video bohong menggunakan wajah dan suara dari tokoh tertentu, salah satunya presiden.

Mafindo, kata dia, menggunakan AI untuk mengidentifikasi kebenaran dari video yang beredar. Alat yang digunakan pun bermacam-macam, tidak terbatas pada penggunaan satu AI tertentu saja.

Penggunaan berbagai alat tersebut bertujuan untuk melakukan pemeriksaan berulang, terlebih saat ini masih dalam tahap pengembangan. Pemeriksaan berulang juga bertujuan untuk membuahkan hasil yang valid/akurat.

Baca juga: UIN Jakarta-Mafindo ajarkan cek fakta bagi pemilih pemula

“Jadi, sifatnya ya, perlu ada perbandingan. Tidak bisa hanya satu alat yang kami pakai,” kata dia.

Heni juga mengatakan bahwa saat ini Mafindo melihat potensi pengembangan AI untuk pencegahan hoaks, hingga memanfaatkan AI dalam chatbox Mafindo di WhatsApp.

“Bagaimana AI ini bisa kami gunakan untuk menangkap kata kunci atau pencarian menggunakan aplikasi,” ucap Heni.

Sebelumnya, Heni mengungkapkan pada penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Mafindo mencatat sekitar 1.290 hoaks menyasar isu pemilu. Data tersebut ia peroleh dalam rentang Januari–Desember 2023.

Hoaks pada isu pemilu, kata dia, berdampak pada terpengaruhnya pilihan masyarakat. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dalam melawan hoaks menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, terlebih semua wilayah rawan terhadap persebaran hoaks.