Rio de Janeiro (ANTARA News) - Penyerang Chile Mauricio Pinilla geram kepada FIFA karena kepala media Brasil Rodrigo Paiva hanya diberikan hukuman satu kali pertandingan setelah meninju dia pada pertandingan 16 Besar Brasil versus Chile.
"(Hukuman) Satu pertandingan untuk Rodrigo Paiva? Anda seharusnya malu ada penjahat di balik setelan jas," kata Pinilla pada akun twitter resminya, membandingkan hukuman empat bulan yang diberikan kepada Luis Suarez karena menggigit pemain Italia Giorgio Chiellini minggu lalu.
"Suarez karena menggigit diberi hukuman yang membahayakan karirnya... Kepala media hanya mendapat larangan satu pertandingan karena meninju wajah? FIFA??"
Pinilla meneruskan, "Saya minta FIFA memberikan hukuman setimpal kepada Rodrigo Paiva seperti diberikan kepada teman saya Suarez...!!! Ini bahkan lebih serius! Mereka punya gambarnya."
Paiva diganjar kartu merah menyusul insiden itu dan tidak bisa ambil bagian dalam perempat final melawan Kolombia Jumat nanti, kata juru bicara FIFA Delia Fisher seperti dikutip AFP.
Komite disiplin FIFA juga sedang mengusut kejadian itu. Itu berarti Paiva berpeluang dikenai sanksi lebih berat lagi.
Dalam website konfederasi sepak bola Brasil, Paiya berkata, "Saya selalu menghargai keputusan yang diambil FIFA. Kasus ini telah diselidiki oleh komite disiplin FIFA, dan mereka telah memiliki bukti tindakan tercela oleh delegasi Chile dan itu akan menunjukkan kebenerannya."
Keributan itu terjadi pada babak pertama di Belo Horizonte pada Sabtu dan Brasil menang lewat adu penalti.
Juru bicara media Chile, Maria Jose mengatakan Paica "memukul" Pinilla, sebaliknya Paiva mengaku kepada media Brasil ada dorong-dorongan antara kedua tim ketika ingin meninggalkan lapangan.
"Saya bukan satu-satunya yang terlibat di lapangan. Pinilla menghampiri saya dan saya hanya membela diri," kata Paiva.
Dia menambahkan, "Saya hanya mendorongnya. Mereka mencoba menghina kami, ada tekanan di sana tetapi bukan pemukulan."
Pinilla menilai FIFA tak adil
1 Juli 2014 10:50 WIB
Penyerang Chile Muricio Pinilla (kiri) (AFP PHOTO / FABRICE COFFRINI)
Penerjemah: Okta Antikasari
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014
Tags: