Rio de Janeiro (ANTARA News) - James Rodriguez dan Neymar Jr memperlihatkan kecemerlangan dan ketangkasan kemampuan individual bakat-bakat sepak bola Amerika Selatan pada rangkaian laga 16 besar Piala Dunia 2014, Sabtu (28/6) waktu setempat, kontras dengan kehebohan yang dipicu insiden gigitan Luis Suarez.




Rodriguez mendapat julukan "El Pibe Nuevo" atau Si Anak Baru digadang-gadang sebagai penerus kehebatan master serangan Kolombia Carlos Valderama.




Pemain bermuka segar dan berusia 22 tahun, itu mencetak dwigol yang satu di antaranya sangat cantik untuk membawa timnya mengalahkan Juara Copa America Uruguay 2-0 dan menambahkan pundi-pundi golnya menjadi lima sepanjang putaran final.




Rodriguez memperlihatkan kedewasaan melampaui umurnya dalam hal tanggung jawab menginspirasi tim yang sempat dilanda kegelisahan jelang putaran final penyerang ikonik mereka, Radamel Falcao, dipastikan absen dari turnamen lantaran cedera.




Rodriguez, bersama Falcao main di klub runner up Liga Prancis musim lalu AS Monaco, bahkan menuai pujian dari pelatih Uruguay, Oscar Tabarez. "Bagi saya, bakat-bakat spesial ada pada mereka yang melakukan sesuatu dengan cara tidak biasa," kata Tabarez.




"Diego Maradona, Lionel Messi, Luis Suarez, James Rodriguez, mereka melakukan sesuatu sebab mereka memiliki anugerah untuk menjadikan diri mereka spesial."




Tabarez enggan menyalahkan kekalahan timnya lantaran konsentrasi terpecah untuk membela Suarez dalam insiden gigitan yang berujung pada pengusiran sang pemain dari Brasil, larangan berhubungan dengan dunia sepak bola selama empat bulan, larangan tampil di laga internasional sebanyak sembilan pertandingan dan denda enam nominal dolar AS.




Tim Uruguay tidak melakukan protes apapun kala berbaris menjelang pertandingan tetapi memperlihatkan solidaritas mereka dengan tetap menggantung seragam Suarez di ruang ganti.




"Saya tidak tahu energi apa yang hilang dari kami. Kami menerima bahwa ia dihukum. Yang kami kritisi adalah sanksi yang berlebihan, memang ini subyektif tetapi ini benar dan ini adalah perasaan hampir setiap orang yang mengikuti sepak bola," kata Tabarez.




"Kami berusaha membela dia, sebagaimana seharusnya. Ia adalah bagian dari kami yang mengejar tujuan yang sama, tetapi ketika dia tidak bisa bersama kami lagi, itu adalah akhirnya," tambahnya.




Sementara itu, Neymar memasuki putaran final 2014 dengan tekanan besar setelah menjalani musim debut yang campur baur di Barcelona.




Namun demikian, dia memperlihatkan bahwa di umur 22 tahun ia bisa menghadapi tekanan saat sukses menjadi algojo dalam adu penalti melawan Chile, yang lebih dari sekadar mengimbangi permainan Brasil sepanjang 120 menit melelahkan yang tetap berakhir imbang 1-1.




Tendangan penalti Neymar membawa tuan rumah unggul 3-2 dalam adu penalti dan memberi tekanan lebih kepada eksekutor terakhir Chile, Gonzalo Jara, yang tendangan kerasnya membentur tiang kanan gawang dan melesat tanpa sempat melewati garis gawang. Sehingga mimpi 200 juta warga Brasil untuk meraih trofi Piala Dunia keenam di tanah air tetap terjaga.




"Ia berusia 22 tahun tetapi tampil layaknya berusia 35 tahun," kata pelatih Brasil Luiz Felipe Scolari saat ditanya perkara eksekusi penalti Neymar.




"Ia menghadapi tekanan secara natural. Ia kuat secara mental dan anda bisa lihat kesiapan itu sejak dia berusia 17 atau 18 tahun," tambah Scolari.




Penyerang yang memiliki catatan gol cukup fenomenal sebanyak 35 gol dari 53 penampilan bersama timnas Brasil itu bersikeras bahwa ia bermain tanpa rasa takut meski tekanan kepada dirinya dan rekan-rekannya terus ada.




"Saya tidak takut. Ketakutan menyingkirkan hasrat untuk menang. Kami tahu kami akan melawan tim yang hebat, tetapi tidak ada ketakutan," kata Neymar.




Pada laga 16 besar Minggu, terdapat dua pertarungan menarik.




Belanda akan berusaha melanjutkan tren penampilan positif mereka setelah tiga kemenangan beruntun di fase grup saat menghadapi Meksiko, yang memperlihatkan kegigihan dengan menahan imbang Brasil dalam laga imbang tanpa gol di babak penyisihan grup.




Di laga lain adalah pertemuan dua tim kejutan antara Kosta Rika, yang mengalahkan Uruguay dan Itali serta imbang melawan Inggris untuk memuncaki klasemen akhir Grup D, melawan Yunani yang kokoh, dengan kedua tim sama-sama membidik penampilan kali pertama di babak perempat final Piala Dunia, demikian AFP.(*)