Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Isyana Bagoes Oka menyebut pentingnya mempertahankan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) guna menghadapi fenomena populasi menua atau aging society.

"Sebetulnya kan yang ideal 2,1 untuk TFR itu sendiri, jadi bagaimana caranya agar tidak terlalu drop (menurun), karena kalau terlalu drop nantinya bisa berdampak pada aging society seperti di negara-negara Jepang, Korea Selatan, atau negara-negara maju Itu," katanya saat ditemui media di Gedung BKKBN, Jakarta, Selasa.

Ia menegaskan pentingnya mempertahankan angka TFR di 2,1 dan meningkatkan kualitas generasi muda agar dapat menopang para generasi lanjut usia (lansia).

"Dipertahankan (angka TFR), dan kemudian generasi bawahnya, yang muda tetap bisa menopang generasi yang berusia lanjut di atasnya, supaya nanti tidak lebih banyak lagi lansianya, dan para pemuda tetap bisa dipertahankan dengan kualitas yang baik," ujar dia.

Ia juga menekankan pentingnya program memerangi stunting untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 sejalan dengan perintah Presiden Prabowo Subianto.

Baca juga: BKKBN sebut pentingnya layanan terintegrasi atasi populasi menua
Baca juga: Kepala BKKBN: Pemberdayaan perempuan bakal hasilkan lansia produktif


"War on stunting menjadi sangat penting. Tentu saja kita akan koordinasi dan kolaborasi di Kementerian Kependudukan, tetapi yang paling penting ini adalah satu kesatuan, saya akan maksimal bantu Pak Menteri menjalankan tugas dari Presiden untuk akhirnya kita bisa sama-sama, tujuan utamanya mencapai Generasi Emas Indonesia di 2045," paparnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2023, rasio ketergantungan lansia sebesar 17,08. Artinya, 100 penduduk usia produktif menanggung sebanyak 17 lansia, atau dengan kata lain, satu orang lansia didukung oleh enam penduduk usia produktif.

Sedangkan dari sisi demografi, penduduk lanjut usia perempuan memberikan kontribusi dominan terhadap total lansia. Sekitar 52,28 persen lansia berjenis kelamin perempuan, sementara sekitar 47,72 persen lansia berjenis kelamin laki-laki.

Selama ini, BKKBN telah memiliki program Bina Keluarga Lansia (BKL) untuk membuat lansia mandiri dan sejahtera, di mana keluarga diberikan pemahaman mengenai pentingnya dalam mendampingi dan merawat lansia.