Samarinda (ANTARA) - Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalimantan Timur Ence Achmad Rafiddin Rizal menyatakan bahwa diversifikasi produk kelapa menjadi alternatif kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani di provinsi tersebut.


"Meskipun kelapa merupakan komoditas perkebunan unggulan di Kaltim setelah kelapa sawit dan karet, namun produksinya terus menurun," ujarnya dalam Webinar "Bincang Komoditas Perkebunan Lestari (Bingka) Kalimantan Timur – Seri 8” dengan tema “Potensi Diversifikasi Usaha Tanaman Kelapa Untuk Peningkatan Pendapatan Petani Di Kalimantan Timur”, yang diselenggarakan secara hybrid di Samarinda, Selasa

Berdasarkan data BPS, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, produksi kelapa menurun signifikan yaitu dari 20.382 ton pada tahun 2008 menjadi 7.843 ton pada tahun 2023.

Penurunan produksi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain alih fungsi lahan ke komoditas lain seperti kelapa sawit, banyaknya tanaman kelapa yang sudah tua dan rusak, serta program pengembangan dan peremajaan yang belum optimal.

Padahal, lanjut Rizal, Indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir kelapa butir terbesar di dunia.

"Mulai tahun 2023, pemerintah telah menetapkan kebijakan bahwa kelapa Indonesia tidak lagi diekspor dalam bentuk bahan mentah, tetapi akan diekspor sebagai barang setengah jadi atau barang jadi agar memiliki nilai tambah bagi petani," jelasnya.

Untuk itu, Dinas Perkebunan Kaltim mendorong petani untuk melakukan diversifikasi produk kelapa. Pola usaha kelapa di Kaltim selama ini masih konvensional dengan produk utama hanya berupa kopra dan kelapa segar.

"Kontribusi terhadap pendapatan petani lokal belum optimal," kata Rizal.

Diversifikasi usaha tani kelapa, menurut dia, berarti meragamkan produk usaha tani secara efisien disertai dengan peningkatan mutu sehingga produk lebih kompetitif dan memberikan nilai tambah.

Beberapa contoh diversifikasi produk turunan kelapa yang berpotensi ekonomi untuk dikembangkan di Kaltim antara lain sabut kelapa diolah menjadi coco peat dan coco fiber. Tempurung kelapa diolah menjadi briket arang tempurung kelapa (coconut shell charcoal briquettes).

"Daging buah kelapa dikeringkan menjadi kopra, kelapa parut kering, minyak kelapa, VCO, bio avtur. Kelapa muda sebagai minuman kesehatan, nata de coco, dan vinegar," sebut Rizal.

Ia menambahkan bahwa ekspor produk turunan kelapa, baik berupa barang setengah jadi maupun barang jadi, akan berdampak positif bagi perekonomian.

Ekspor tersebut meningkatkan tersedianya lapangan kerja, pendapatan bagi petani, serta penerimaan devisa negara.

Namun, Rizal juga mengingatkan pentingnya penetapan standar produk turunan kelapa. Lanjut dia, Penerapan standar melalui SNI dan pemenuhan persyaratan negara tujuan ekspor sangat penting agar produk turunan kelapa tidak ditolak.

Rizal mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berjuang bersama dalam upaya meningkatkan kembali pengembangan kelapa di Kalimantan Timur.

"Kelapa harus menjadi komoditas yang berperan besar dalam perekonomian Kaltim untuk kesejahteraan masyarakat petani," tandas dia.