Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan teknologi penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) berbasis analisis data video, guna meningkatkan kemampuan komunikasi bagi penyandang disabilitas pendengaran.

Perekayasa Ahli Muda Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN Edy Maryadi melalui keterangan di Jakarta, Selasa, menjelaskan riset ini berfokus pada mengatasi tantangan komunikasi yang kerap dihadapi oleh teman tuli dalam berinteraksi dengan masyarakat yang tidak memahami bahasa isyarat.

"Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada penerjemah bahasa isyarat yang jumlahnya masih terbatas," katanya.

Edy memaparkan sistem ini dirancang untuk menerjemahkan gerakan bahasa isyarat menjadi teks atau audio, sehingga dapat memfasilitasi komunikasi antara teman tuli dan teman dengar.

Baca juga: Kemendikbudristek kembangkan UKBI ramah teman tuli

Ia menjelaskan penelitian ini memanfaatkan teknologi komputer visi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk memproses dan menginterpretasikan gerakan bahasa isyarat. Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan model AI seperti Convolutional Neural Network.

Model ini, lanjut Edy, dilatih dengan data video gerakan bahasa isyarat untuk memastikan bahwa sistem dapat mengenali dan menerjemahkan berbagai bentuk isyarat dengan tingkat kesalahan yang minimal.

"Pengembangan sistem ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan komunikasi antara teman tuli dan teman dengar. Dengan menggunakan analisis data video, kami berharap sistem ini dapat menjadi alat yang efektif dan mudah digunakan oleh masyarakat luas," ujarnya.

Edy menjelaskan proses pengembangan mencakup akuisisi data video, pra-proses data model AI, dan pengujian sistem untuk memastikan keakuratan penerjemahan dalam berbagai konteks komunikasi.

Baca juga: BRIN rancang ulang motor listrik ramah disabilitas

Pada penelitian yang telah dimulai sejak 2023 ini, lanjutnya, memiliki target untuk menghasilkan sistem penerjemah yang dapat mengenali huruf dan angka pada tahun yang sama.

"Pada tahun 2024 kami menargetkan pengembangan lebih lanjut untuk mengenali ejaan dari beberapa gerakan huruf yang berurutan dan pada tahun 2025 sistem ini diharapkan mampu mengenali gerakan isyarat kata atau frasa secara lengkap," ungkap Edy.

Menurut Edy, penelitian ini juga melibatkan kolaborasi dengan komunitas teman tuli di Indonesia untuk memastikan sistem yang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna secara optimal.

"Kami sangat menghargai partisipasi aktif dari komunitas teman tuli, yang memberikan masukan berharga untuk pengembangan sistem ini," tutur Edy Maryadi.

Baca juga: Kemenkominfo fasilitasi sulih bahasa isyarat pada debat pilpres