Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 11 orang penari dari kelompok tari Gigi Dance Company, membawakan cerita rakyat dari Bali, "Jayaprana dan Layonsari" melalui tarian kontemporer di Jakarta, Sabtu ini.

Direktur Artistik Gigi Dance Company, Gianti Giadi, mengatakan, kisah cinta Jayaprana dan Layonsari sangat terkenal di Bali. Kisah ini sama halnya seperti kisah Romeo dan Juliet di daratan Eropa.

"Kami membawakan tari kontemporer dan balet, di dalamnya tari tradisional juga ada, seperti agem, seledet dan nyawir, " ujarnya kepada ANTARA News, setelah pertunjukan berlangsung.

"Kalau biasanya cerita rakyat hanya diceritakan melalui buku, di sini kami mencoba menceritakannya lewat tarian, yang memadukan tarian tradisional dan modern," tambah Gianti.

Dalam pertunjukan yang berlangsung selama 30 menit ini, dikisahkan seorang abdi dari Kerajaan Kalianget yang dikenal cerdas, cekatan dan rupawan, bernama Jayaprana.

Pembawaan Jayaprana inilah yang kemudian membuat Sang Raja menganggapnya sebagai anak sendiri. Kemudian, setelah melihat Jayaprana sudah cukup umur, Sang Raja pun menitahkan abdinya itu untuk mencari seorang isteri.

Jayaprana pun menyetujui titah itu, lalu mulai mencari calon isterinya. Akhirnya, di satu pasar ia bertemu dengan Layonsari. Karena kecantikan Layonsari, Jayaprana pun jatuh cinta padanya.

Ia pun akhirnya meminang wanita itu. Ternyata, Layonsari juga terpikat pada kegagahan dan kecerdasan Jayaprana sehingga langsung menerima pinangan Jayaprana. Jayaprana yang berbahagia setelah menemukan belahan hatinya lalu membawa Layonsari ke hadapan Sang Raja untuk meminta restu.

Akan tetapi, kecantikan Layonsari rupanya menggugah Sang Raja. Ia pun secara gelap mata menginginkan Layonsari apapun yang terjadi. Agar tidak terjadi kecurigaan, Sang Raja mengirim Patih Saunggaling untuk menghabisi nyawa Jayaprana di dalam sebuah tugas.

Setelah Jayaprana meninggal, Layonsari pun dipinang oleh raja. Akan tetapi, karena cintanya pada Jayaprana yang sangat kuat, ia memilih untuk mati bersama Jayaprana dengan cara menusukkan keris ke dadanya. "Sang isteri memilih untuk mati daripada hidup tanpa arti," demikian akhir cerita ini.

"Melalui pertunjukan ini, kami berharap masyarakat semakin dekat dengan cerita-cerita rakyat yang ada di Indonesia, " kata Gianti. Jayaprana dan Layonsari merupakan kisah tragedi antara dua insan yang saling mencintai, tentang ego manusia dan kesetiaan seorang istri kepada suaminya.