Istanbul (ANTARA) - Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024, Wakil Presiden Kamala Harris unggul tipis atas mantan Presiden Donald Trump dalam rata-rata jajak pendapat nasional.

Dengan pemilu yang dijadwalkan pada 5 November, Harris tercatat memperoleh dukungan sebesar 48,2 persen, sementara Trump mengikuti di angka 46,4 persen, berdasarkan data terbaru dari ABC News dan 538.

Namun, angka nasional ini belum mencerminkan keseluruhan situasi.

Persaingan tetap ketat di negara bagian medan pertempuran (negara bagian kunci/swing states) yang kemungkinan besar akan menjadi penentu hasil pemilu.

Kedua kandidat berada dalam posisi hampir seimbang di Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin.

Trump, yang memenangi negara bagian tersebut pada 2016 tetapi kehilangan mereka pada 2020, berusaha untuk merebut kembali dukungannya, sementara Harris berupaya mempertahankan keunggulannya yang tipis.

Pennsylvania, yang memiliki jumlah suara elektoral tertinggi di antara negara bagian kunci, menjadi sangat penting bagi kedua tim kampanye. Dengan 19 suara elektoral, Harris dan Trump berada dalam kondisi seri secara statistik di Pennsylvania, dan Trump sedikit unggul di angka 47,9 persen dibanding Harris yang meraih 47,5 persen.

Kemenangan di negara bagian ini dapat memberikan pengaruh besar bagi kedua kandidat.

Michigan, yang kembali ke tangan Demokrat pada 2020 setelah kemenangan Trump pada 2016, juga merupakan negara bagian penting yang perlu dipertahankan oleh Harris. Dengan 15 suara elektoral, Harris unggul tipis, memperoleh 47,4 persen dibandingkan 47,2 persen untuk Trump.

Wisconsin telah menjadi medan pertempuran sejak 2016, dan kedua kandidat berjuang untuk memenangi negara bagian kunci di wilayah Midwest ini. Dengan 10 suara elektoral, Harris memimpin di Wisconsin dengan 47,8 persen, sementara Trump memperoleh 47,6 persen.

Arizona menjadi salah satu kontestasi paling ketat, dengan 11 suara elektoral. Negara bagian ini memilih Biden pada 2020, dan akan menjadi indikator penting bagi kedua partai, di mana Trump unggul dengan 48,6 persen sementara Harris di angka 46,7 persen.

Setelah berubah menjadi biru pada 2020, Georgia kini menjadi negara bagian yang harus dipertahankan oleh Demokrat pada 2024. Dengan 16 suara elektoral, Trump memiliki sedikit keunggulan di Georgia, memimpin dengan 48,7 persen dibandingkan 46,9 persen untuk Harris.

North Carolina tetap menjadi medan pertempuran, yang dalam beberapa pemilu terakhir cenderung berpihak pada Partai Republik, tetapi Demokrat berharap dapat meraih keuntungan tahun ini. Dengan 16 suara elektoral, Trump memimpin tipis di North Carolina dengan 48 persen, sementara Harris memperoleh 47,5 persen.

Dengan 6 suara elektoral, Harris unggul tipis di Nevada, dengan 47,6 persen dibandingkan 47,1 persen untuk Trump. Negara bagian kecil namun penting ini tetap menjadi target utama bagi kedua kampanye dalam memperebutkan suara elektoral.

Margin yang ketat ini menunjukkan ketidakpastian dalam pemilu, dengan kedua kandidat berusaha keras untuk meraih 270 suara elektoral yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan.

Meskipun Harris telah mempertahankan keunggulan stabil sejak pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan pada bulan Juli, persaingan tetap ketat untuk diprediksi di negara-negara bagian medan pertempuran yang krusial.

Jika Trump berhasil mempertahankan keunggulannya di Georgia, Arizona, dan North Carolina, serta membalikkan keadaan di Pennsylvania, ia bisa memperoleh 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang.

Sebaliknya, jika Harris mampu mempertahankan keunggulannya di Michigan, Wisconsin, dan Nevada, serta merebut kembali Pennsylvania, ia akan berada di jalur untuk menjadi presiden wanita pertama di AS.

Dengan negara-negara bagian medan pertempuran sebagai penentu, pemilu 2024 tampaknya akan menjadi persaingan yang sangat ketat, dengan kedua kandidat berjuang untuk setiap suara di hari-hari terakhir menjelang 5 November.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Jajak pendapat: Trump unggul tipis di semua negara bagian kunci
Baca juga: Trump tolak tampil dalam debat capres kedua melawan Kamala Harris
Baca juga: Trump kepada Harris: "Sudah terlambat untuk debat lainnya"