Klon unggul sawit hasil inovasi AAL dan BRIN tunggu hak paten
22 Oktober 2024 11:47 WIB
Kebun kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam pengembangan kultur jaringan di Kalimantan Tengah (Kalteng). ANTARA/HO/AAL.
Jakarta (ANTARA) - Klon unggul kelapa sawit melalui teknik kultur jaringan hasil inovasi dan pengembangan kerjasama Astra Agro Lestari (AAL) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini menunggu penerbitan hak patennya.
Senior Vice President Research and Development Astra Agro Cahyo Wibowo mengungkapkan sejak 2018, pihaknya bersama BRIN telah mengembangkan inovasi melalui teknik kultur jaringan untuk menciptakan klon unggul kelapa sawit.
Hingga 2024, tambahnya melalui keterangannya di Jakarta, Selasa penanaman klon unggul hasil kultur jaringan telah mencapai lebih dari 10 ribu tanaman yang berlokasi di salah satu perkebunan kelapa sawit Astra Agro di Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan klon melalui kultur jaringan saat ini dalam proses untuk mendapatkan hak paten bersama BRIN yang telah diajukan pada akhir 2023," katanya.
Baca juga: Astra Agro inovasi program optimalisasi dan efisiensi pabrik
Melalui kerjasama dengan BRIN lanjutnya, Astra Agro terus meningkatkan kloning (perbanyakan) tanaman menggunakan sumber materi genetik tanaman yang unggul.
Menurut dia, pada prinsipnya, kandidat tanaman yang digunakan harus memiliki keunggulan spesifik seperti produktivitas yang tinggi berdasarkan hasil pengamatan komprehensif di lapangan.
"Optimalisasi metode kultur jaringan didorong melalui kerja sama ini untuk menghasilkan tanaman dengan jumlah yang besar dengan waktu yang relatif lebih cepat," kata Cahyo Wibowo.
Hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), lanjutnya, produktivitas kelapa sawit dapat meningkat 20-25 persen dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan.
Menurut dia, tanaman kelapa sawit dari hasil kultur jaringan memiliki sifat genetik yang sama dengan pohon yang akan dikloning.
Selain varietas unggul, produktivitas tanaman juga harus didukung dengan pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi kecerdasan buatan yang membantu proses budi daya tanaman sawit.
Baca juga: Astra Agro Lestari serap belanja modal 40 persen
"Untuk itu, inovasi dalam perawatan tanaman juga tetap harus dieksplorasi,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari menjelaskan penggunaan varietas unggul menjadi salah satu upaya dalam mengoptimalkan produktivitas kelapa sawit di Indonesia.
"Diperlukan eksplorasi dan pengembangan varietas-varietas unggul kelapa sawit agar mampu menciptakan bibit yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, riset dan pengembangan diperlukan guna mendorong mutu yang memperhitungkan keberlanjutan dan dampak lingkungan.
Senior Vice President Research and Development Astra Agro Cahyo Wibowo mengungkapkan sejak 2018, pihaknya bersama BRIN telah mengembangkan inovasi melalui teknik kultur jaringan untuk menciptakan klon unggul kelapa sawit.
Hingga 2024, tambahnya melalui keterangannya di Jakarta, Selasa penanaman klon unggul hasil kultur jaringan telah mencapai lebih dari 10 ribu tanaman yang berlokasi di salah satu perkebunan kelapa sawit Astra Agro di Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan klon melalui kultur jaringan saat ini dalam proses untuk mendapatkan hak paten bersama BRIN yang telah diajukan pada akhir 2023," katanya.
Baca juga: Astra Agro inovasi program optimalisasi dan efisiensi pabrik
Melalui kerjasama dengan BRIN lanjutnya, Astra Agro terus meningkatkan kloning (perbanyakan) tanaman menggunakan sumber materi genetik tanaman yang unggul.
Menurut dia, pada prinsipnya, kandidat tanaman yang digunakan harus memiliki keunggulan spesifik seperti produktivitas yang tinggi berdasarkan hasil pengamatan komprehensif di lapangan.
"Optimalisasi metode kultur jaringan didorong melalui kerja sama ini untuk menghasilkan tanaman dengan jumlah yang besar dengan waktu yang relatif lebih cepat," kata Cahyo Wibowo.
Hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), lanjutnya, produktivitas kelapa sawit dapat meningkat 20-25 persen dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan.
Menurut dia, tanaman kelapa sawit dari hasil kultur jaringan memiliki sifat genetik yang sama dengan pohon yang akan dikloning.
Selain varietas unggul, produktivitas tanaman juga harus didukung dengan pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi kecerdasan buatan yang membantu proses budi daya tanaman sawit.
Baca juga: Astra Agro Lestari serap belanja modal 40 persen
"Untuk itu, inovasi dalam perawatan tanaman juga tetap harus dieksplorasi,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari menjelaskan penggunaan varietas unggul menjadi salah satu upaya dalam mengoptimalkan produktivitas kelapa sawit di Indonesia.
"Diperlukan eksplorasi dan pengembangan varietas-varietas unggul kelapa sawit agar mampu menciptakan bibit yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, riset dan pengembangan diperlukan guna mendorong mutu yang memperhitungkan keberlanjutan dan dampak lingkungan.
Pewarta: Subagyo
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: