“Karya ini adalah cara saya untuk membantu melestarikan seni bela diri Betawi agar jurus-jurus seperti 'Tapak Jejeg' dan 'Jurus Keset Bacok' tidak hilang ditelan perkembangan zaman," kata Fauzi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Dia menggunakan gambar sebagai cara untuk mempermudah pemahaman masyarakat
terutama bagi anak-anak muda.
Baca juga: Ahmad Daryanto, penjaga silat Betawi Beksi
Baca juga: DKI gelar pelatihan seni tari Betawi guna lestarikan kesenian lokal
Karya Fauzi dan Gudskul Ekosistem merupakan buah dari residensi "Baku Konek", sebuah program yang dipelopori oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya.
Program ini memberi kesempatan bagi seniman dari berbagai daerah di Indonesia untuk saling berkolaborasi, berbagi pengalaman dan menciptakan karya baru yang berakar pada konteks lokal masing-masing.
Selain karya Fauzi, masih ada 17 karya seniman lain yang tergabung dalam "Program Baku Konek 2024".
Dalam perayaan 50 tahun "Jakarta Biennale", karya-karya yang dipamerkan menjadi cerminan dari kompleksitas Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya, sekaligus tantangan ekologis masyarakat di seluruh nusantara.