"Jalanan ibarat rumah kedua buat warga Jakarta seperti kita. Setiap hari, kita berkendara ke stasiun terdekat, naik bus atau kereta, kemudian naik ojek karena memang motorlah alat tercepat buat keliling kota," kata Emte.
Dia menambahkan, "Rasanya, kita lebih banyak bekerja dan beristirahat di jalanan, bukan di kantor atau di rumah".
Dikenal melalui kejenakaannya memainkan warna, menyampaikan bahasa melalui karya visual, dan mengulik ‘plesetan’ kata, Emte mengungkapkan niatnya untuk merayakan kekuatan masyarakat penghuni kota.
"Saya sadar kalau kehidupan yang ‘tua di jalan’ seperti ini memang tidak ideal. Inilah alasan kenapa judul pamerannya bergulir seputar permainan kata ‘restlessness’ (kegelisahan) dan ‘nest’ (sarang/rumah)," kata Emte.
“Permasalahan kota Jakarta sangat kompleks dan berbeda dengan kondisi yang kami alami di Jerman, tetapi melalui pengamatan Emte yang sangat personal, saya rasa kita semua bisa terinspirasi dengan cara-cara kreatif para seniman dalam mengangkat isu-isu sosial dari sekitar mereka,” kata Volkmar.
Seniman dan pihak galeri berharap pameran ini bisa mendorong dialog antara seniman dan interaksi antar sektor kreatif dan masyarakat sebagai bagian dari komunitas yang sama.
Pameran "REST.LESS.NEST: Life in a Megacity" digelar pada 18 Oktober hingga 1 Desember 2024. Galeri pameran dibuka untuk publik secara gratis setiap hari Minggu pada pukul 14:00 - 18:00 waktu setempat.
Baca juga: KBRI Bangkok gelar pameran lukisan karya seniman Indonesia dan Thailand