Srinagar, Jammu dan Kashmir (ANTARA) - Sedikitnya enam pekerja konstruksi, dua di antaranya bukan penduduk asli, dan seorang dokter tewas dalam serangan militan yang diduga terjadi di wilayah Kashmir India akhir pekan lalu, menurut pejabat setempat pada Senin (21/10).

Pembunuhan tersebut dilaporkan terjadi di sebuah lokasi konstruksi di wilayah Gagangir, distrik Ganderbal, bagian tengah Kashmir.

Menurut pejabat, para pekerja sedang mengerjakan pembangunan terowongan strategis Z-Morh dan pelebaran jalan raya Jammu-Leh di distrik yang berdekatan dengan daerah tujuan wisata Sonamarg di wilayah tersebut.

Sedikitnya lima orang lainnya sedang menjalani perawatan akibat luka-luka dalam serangan itu.

Serangan terjadi sehari setelah ditemukan tubuh seorang warga non-Kashmir dengan luka tembak di distrik Shopian, Kashmir selatan.

Menteri Dalam Negeri India Amit Shah menyatakan bahwa pelaku "tindakan keji" itu tidak akan dibiarkan lolos.

"Serangan teroris yang pengecut terhadap warga sipil... adalah tindakan biadab yang sangat hina. Mereka yang terlibat dalam tindakan keji ini tidak akan lolos dan akan menghadapi tindakan keras dari pasukan keamanan," ujar Shah di platform X.

Mengecam serangan tersebut, Ketua Menteri Omar Abdullah berkata: “Berita sangat menyedihkan tentang serangan pengecut terhadap para pekerja di Gagangir, wilayah Sonamarg. Mereka bekerja di proyek infrastruktur utama di daerah tersebut.”

Kejadian itu merupakan serangan paling mematikan sejak Omar dilantik menjadi ketua menteri pekan lalu. Ketua menteri terpilih pertama di wilayah tersebut sejak 2019. Tim dari Badan Investigasi Nasional (NIA) telah tiba di lokasi untuk menyelidiki insiden tersebut.

Pemimpin Konferensi Hurriyat, Mirwaiz Umar Farooq, juga mengungkapkan "kesedihan mendalam" atas kejadian itu.

"Islam, seperti semua agama, mengecam perilaku tidak manusiawi seperti ini. Setiap nyawa sangat berharga, dan kehilangan dalam cara seperti ini sangat menyakitkan. Ini adalah pengingat suram lainnya dari siklus kekerasan dan ketidakpastian yang tak pernah berakhir yang telah kita derita selama beberapa dekade," kata Farooq di X.

Sumber: Anadolu

Baca juga: PM India beryoga di wilayah Kashmir
Baca juga: Pemilu krusial dimulai di Kashmir, pertama setelah otonomi dicabut