Mogadishu (ANTARA) - Sebuah badan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (17/10) mengatakan bahwa insiden akses kemanusiaan turun 18,6 persen menjadi 57 insiden pada kuartal ketiga tahun ini di Somalia, dibandingkan dengan 70 insiden pada kuartal sebelumnya.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga mengatakan tiga pekerja kemanusiaan meninggal selama periode tersebut, meskipun kematian mereka tidak secara langsung berhubungan dengan status mereka sebagai pekerja kemanusiaan, melainkan merupakan kerugian atau kehilangan tambahan (collateral damage).

"Insiden-insiden ini menggarisbawahi kompleksitas dinamika klan dan bahaya yang dihadapi pekerja kemanusiaan di Somalia," kata OCHA dalam informasi pembaruan situasi kemanusiaan yang dirilis di Mogadishu, ibu kota Somalia.

OCHA mengatakan meskipun tren insiden secara keseluruhan tetap stabil, penurunan tersebut terutama berkaitan dengan berkurangnya tantangan akses yang disebabkan oleh hambatan aksesibilitas musiman akibat hujan. Selain itu terkait menurunnya pembatasan atau gangguan akses layanan dan bantuan pada orang-orang yang terdampak konflik, yang turun dari 17 insiden pada kuartal kedua menjadi hanya lima insiden pada kuartal ketiga.

Kendala utama pada kuartal ini masih berupa campur tangan dalam implementasi aktivitas kemanusiaan, yakni sebesar 22 insiden, sama dengan jumlah yang dilaporkan pada kuartal kedua.

OCHA mengatakan kekerasan terhadap aset dan personel kemanusiaan merupakan kendala signifikan lainnya, dengan jumlah insiden sebanyak 15.

Badan PBB itu mengatakan 14 insiden dilaporkan terkait pembatasan pergerakan barang atau personel organisasi di negara yang terdampak itu dan operasi militer/permusuhan yang sedang berlangsung yang menghambat operasi kemanusiaan.

Dua pekerja kemanusiaan tewas pada 6 Juli tahun ini di tengah meningkatnya konflik klan di Luuq, Somalia selatan, setelah kekerasan pecah di permukiman pengungsi internal yang dibakar, yang kemudian memicu eskalasi.

"Seorang pekerja kemanusiaan tewas dalam insiden baku tembak, sementara seorang pekerja lainnya meninggal akibat luka-luka dalam evakuasi medis ke Doolow," kata OCHA.

Pekerja kemanusiaan ketiga tewas di Qoryooley saat bertugas. OCHA mengatakan meskipun korban tewas tersebut adalah seorang pekerja kemanusiaan, motif pembunuhannya berhubungan dengan dinamika klan setempat, bukan statusnya sebagai pekerja kemanusiaan.