Mandiri Sekuritas rekomendasikan beli saham BRIS dengan TP Rp3.500
19 Oktober 2024 11:28 WIB
Arsip foto - Pekerja merapikan logo Bank Syariah Indonesia di Jakarta, Minggu (31/1/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa/aa.
Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Mandiri Sekuritas merekomendasikan para investor untuk membeli saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (kode saham: BRIS) dengan target harga (target price/TP) Rp3.500 per lembar saham
“Valuasi ini kita tempatkan di price to book (PB), targetnya itu di 3,6 kali tahun ini dan 3,1 kali untuk tahun 2025. Ini sudah mendekati BCA yang 5 kali book secara valuasi. Dan itu valuasi multiple-nya juga lebih baik dibandingkan BRI dan Mandiri dalam hitungan kami,” kata Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Di antara tujuh bank terbesar di Indonesia, Kresna mengatakan bahwa ekspektasi pasar modal terhadap pertumbuhan laba bersih BSI termasuk yang tertinggi yakni mencapai 19,3 persen pada tahun penuh 2024 dan 20,8 persen pada tahun penuh 2025.
Nilai ekuitas BSI juga diekspektasikan tumbuh tinggi di antara tujuh bank terbesar, yaitu sebesar 15,7 persen pada 2024 dan 16,3 persen pada 2025. Adapun return on equity (ROE) BSI diperkirakan meningkat ke kisaran 17 persen pada 2025 dari kisaran 16 persen pada 2024.
BRIS pada perdagangan Jumat (18/10) ditutup di level Rp3.100. Secara year to date (ytd), Kresna mengatakan bahwa kenaikan harga saham BSI berhasil melampaui kenaikan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kelompok 45 saham unggulan (LQ45), dan rata-rata harga saham empat bank besar (big four banks). Bahkan, melampaui kenaikan nilai S&P 500, Hang Seng Index, dan emas dunia secara year to date.
“Di tahun ini memang pendorong peningkatan harga saham BSI lebih didorong oleh valuasi, PBV multiple changes kalau dibandingkan itu sekitar 49 persen atau hampir 50 persen dari kenaikan harga sahamnya atau shareholder return yang sebesar 75 persen itu didongkrak oleh valuasi yang didorong oleh ekspektasi ROE dan kepercayaan investor kepada prospek pertumbuhan BSI itu sendiri,” kata Kresna.
Pada semester I 2024, BSI mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 20,28 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp3,4 triliun. Komposisi dana murah (CASA) mencapai 62,05 persen, sementara komposisi pembiayaan 71,73 persen berada di segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM.
Dana pihak ketiga (DPK) BSI tumbuh 17,50 persen yoy menjadi Rp296,70 triliun per Juni 2024. Kinerja tabungan naik 16,09 persen ke level Rp128,78 triliun. Dari total tabungan itu, sekitar 39 persen atau Rp49,96 triliun merupakan tabungan wadiah di mana perusahaan tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga level cost of fund (CoF).
Aset BSI tercatat tumbuh sebesar 15,10 persen yoy menjadi Rp360,85 triliun. Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp257,39 triliun atau tumbuh 15,99 persen yoy. Adapun rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) yang turun ke level 1,99 persen (gross), jauh membaik dibandingkan Juni 2023 yang sebesar 2,31 persen.
Per akhir Juni tahun ini, pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44 persen menjadi Rp12,08 triliun serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01 persen menjadi Rp2,48 triliun.
Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87 persen ke level 69,23 persen. Rasio profitabilitas ROE perusahaan juga tercatat membaik ke level 17,88 persen, naik dari 17,27 persen posisi Juni 2023.
Baca juga: Dirut: Perlu tiga bank syariah sebesar BSI untuk jadi "game changer"
Baca juga: Mansek: Ekspektasi pasar atas pertumbuhan laba BSI capai 20,8 persen
Baca juga: Saham BRIS naik 65,52 persen menembus all time high
“Valuasi ini kita tempatkan di price to book (PB), targetnya itu di 3,6 kali tahun ini dan 3,1 kali untuk tahun 2025. Ini sudah mendekati BCA yang 5 kali book secara valuasi. Dan itu valuasi multiple-nya juga lebih baik dibandingkan BRI dan Mandiri dalam hitungan kami,” kata Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Di antara tujuh bank terbesar di Indonesia, Kresna mengatakan bahwa ekspektasi pasar modal terhadap pertumbuhan laba bersih BSI termasuk yang tertinggi yakni mencapai 19,3 persen pada tahun penuh 2024 dan 20,8 persen pada tahun penuh 2025.
Nilai ekuitas BSI juga diekspektasikan tumbuh tinggi di antara tujuh bank terbesar, yaitu sebesar 15,7 persen pada 2024 dan 16,3 persen pada 2025. Adapun return on equity (ROE) BSI diperkirakan meningkat ke kisaran 17 persen pada 2025 dari kisaran 16 persen pada 2024.
BRIS pada perdagangan Jumat (18/10) ditutup di level Rp3.100. Secara year to date (ytd), Kresna mengatakan bahwa kenaikan harga saham BSI berhasil melampaui kenaikan nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kelompok 45 saham unggulan (LQ45), dan rata-rata harga saham empat bank besar (big four banks). Bahkan, melampaui kenaikan nilai S&P 500, Hang Seng Index, dan emas dunia secara year to date.
“Di tahun ini memang pendorong peningkatan harga saham BSI lebih didorong oleh valuasi, PBV multiple changes kalau dibandingkan itu sekitar 49 persen atau hampir 50 persen dari kenaikan harga sahamnya atau shareholder return yang sebesar 75 persen itu didongkrak oleh valuasi yang didorong oleh ekspektasi ROE dan kepercayaan investor kepada prospek pertumbuhan BSI itu sendiri,” kata Kresna.
Pada semester I 2024, BSI mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 20,28 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp3,4 triliun. Komposisi dana murah (CASA) mencapai 62,05 persen, sementara komposisi pembiayaan 71,73 persen berada di segmen ritel dan konsumer termasuk UMKM.
Dana pihak ketiga (DPK) BSI tumbuh 17,50 persen yoy menjadi Rp296,70 triliun per Juni 2024. Kinerja tabungan naik 16,09 persen ke level Rp128,78 triliun. Dari total tabungan itu, sekitar 39 persen atau Rp49,96 triliun merupakan tabungan wadiah di mana perusahaan tidak memberikan bagi hasil sehingga dapat menjaga level cost of fund (CoF).
Aset BSI tercatat tumbuh sebesar 15,10 persen yoy menjadi Rp360,85 triliun. Per Juni 2024, pembiayaan BSI mencapai Rp257,39 triliun atau tumbuh 15,99 persen yoy. Adapun rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) yang turun ke level 1,99 persen (gross), jauh membaik dibandingkan Juni 2023 yang sebesar 2,31 persen.
Per akhir Juni tahun ini, pendapatan perusahaan ditopang oleh pendapatan margin dan bagi hasil yang naik 11,44 persen menjadi Rp12,08 triliun serta pendapatan berbasis fee yang tumbuh 28,01 persen menjadi Rp2,48 triliun.
Di sisi lain, rasio efisiensi (BOPO) turun dari 70,87 persen ke level 69,23 persen. Rasio profitabilitas ROE perusahaan juga tercatat membaik ke level 17,88 persen, naik dari 17,27 persen posisi Juni 2023.
Baca juga: Dirut: Perlu tiga bank syariah sebesar BSI untuk jadi "game changer"
Baca juga: Mansek: Ekspektasi pasar atas pertumbuhan laba BSI capai 20,8 persen
Baca juga: Saham BRIS naik 65,52 persen menembus all time high
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: