Jakarta (ANTARA) - PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) bersama PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) melalui Program Pijat Netra Berdikari (PIJAR).

Program tersebut memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada 20 penyandang tuna netra di Jakarta Utara dengan tujuan meningkatkan kemandirian dan taraf hidup mereka.

Senior Vice President Sekretariat Perusahaan SPSL Kiki M. Hikmat dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, menjelaskan Program PIJAR merupakan bagian dari inisiatif TJSL Sahabat Inspiratif Pelindo yang bertujuan meningkatkan kapasitas penyandang disabilitas.

"Program PIJAR adalah wujud nyata SPSL dalam mendorong pemberdayaan penyandang disabilitas, khususnya tuna netra. Program ini diharapkan memberikan dampak jangka panjang bagi peserta, tidak hanya dalam keterampilan dan penghasilan, tetapi juga dalam meningkatkan kemandirian dan menguatkan citra bahwa kaum disabilitas berdaya dalam masyarakat," ujar Kiki.

Program PIJAR mencakup sosialisasi, pelatihan pijat khusus serta pemberian bantuan berupa sarana pendukung dan seragam.

Kegiatan itu ditutup dengan pemberian sertifikasi pijat profesional oleh Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) sebagai bentuk dukungan konkret bagi kemandirian ekonomi para peserta.

Baca juga: SPSL kenalkan bidang kepelabuhanan dan logistik kepada pelajar SMA

Baca juga: Pelindo Solusi Logistik catat kinerja positif di semester I


Para peserta menyambut baik program ini. Dedy (37), salah satu peserta, mengatakan bahwa PIJAR bukan hanya memberi keterampilan, tetapi juga memberdayakan mereka.

"Kami merasa dihargai dan diberdayakan. Dengan keterampilan ini, saya tidak lagi hanya mengandalkan bantuan orang lain, tetapi bisa mandiri dan percaya diri untuk memulai usaha sendiri," ujarnya.

Menurutnya, sertifikasi yang diperoleh menjadi bekal membuka praktik pijat profesional.

"Dengan adanya sertifikasi, saya merasa diakui secara profesional. Ini memberikan saya rasa percaya diri dan lebih semangat lagi," kata dia.

Peserta lain, Rahmat (35), merasa program tersebut membuka jalan baru baginya. Sebelumnya, ia merasa terbatas dalam pilihan karier, tetapi kini melihat masa depan lebih cerah.

"Dulu saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu keluarga. Dengan adanya kegiatan ini, saya mendapatkan keterampilan yang menjadi salah satu ladang rezeki untuk keluarga. Semoga kegiatan ini berkah dan menjadi ladang jariah untuk perusahaan,” kata Rahmat.

Kiki M. Hikmat menambahkan Program PIJAR selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs), terutama poin pertama, yaitu menghapus kemiskinan; poin kedelapan, yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; serta poin kesepuluh, yakni mengurangi ketimpangan.

SPSL mengharapkan kesuksesan program tersebut dapat diperluas ke wilayah lain agar lebih banyak penyandang tuna netra bisa merasakan manfaatnya. SPSL juga ingin menginspirasi perusahaan lain untuk aktif mendukung inklusi sosial bagi penyandang disabilitas di Indonesia.

"Saudara Dedy dan Rahmat hanyalah dua dari sekian banyak kisah yang menginspirasi. Program ini menunjukkan bahwa dengan keterampilan dan dukungan yang tepat, tidak ada keterbatasan yang tidak dapat diatasi. Program PIJAR, lebih dari sekadar pelatihan, telah menjadi titik awal bagi penerima manfaat untuk meraih masa depan yang berdikari dan penuh harapan," ujar Kiki.

SPSL sendiri merupakan subholding dari BUMN Kepelabuhanan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yang bergerak di bidang logistik dan hinterland development.

Baca juga: SPSL komitmen tingkatkan layanan logistik melalui "customer hearing"

Baca juga: Subholding Pelindo perluas layanan logistik ke pasar internasional