Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh membuka peluang bagi pemilik merek parfum ternama dunia untuk membuka pabrik produksi di daerah Tanah Rencong itu, mengingat minyak nilam Aceh sebagai salah satu bahan bakunya memiliki kualitas terbaik di dunia.

Pj Gubernur Aceh Safrizal di Banda Aceh, Jumat, mengatakan dirinya akan mengirim surat kepada Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo agar ikut mendorong supaya perusahaan-perusahaan internasional yang menggunakan bahan baku nilam membuka langsung pabrik di Aceh.

“Ini upaya, ini usaha, mudah-mudahan berhasil. Nanti saya kirimkan surat ke Gubernur Bank Indonesia, (dengan harapan) memperoleh sambutan yang positif,” kata Safrizal.

Hal itu disampaikan Safrizal di sela-sela membuka Festival Meseuraya 2024 yang digelar Bank Indonesia Provinsi Aceh dalam upaya memamerkan produk-produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) Aceh.

Ia menjelaskan minyak nilam Aceh memang dikenal sebagai salah produk terbaik di dunia. Sudah ada UMKM di Aceh yang memproduksi produk turunan skala kecil seperti parfum dan beberapa produk lainnya.

Baca juga: Jokowi: Pemerintahan di Aceh harus fokus mengembangkan kopi dan nilam

Baca juga: USK gandeng ILO perkuat ekosistem rantai minyak nilam Aceh


Namun, lanjut Safrizal, produk-produk yang dihasilkan tersebut belum berskala nasional apalagi internasional.

“Hari ini kita masih memproduksi minyak nilam dengan kualitas terbaik, lalu kita ekspor ke negara-negara yang memproduksi parfum yang terkenal, seperti ke Prancis, Swiss, Italia atau lainnya,” ujarnya.

Sebab itu, Pemprov Aceh berharap kepada Gubernur Bank Indonesia agar ikut mendorong supaya perusahaan merek terkenal seperti parfum dan produk lainnya dapat membuka pabrik di Aceh.

“Kalau kita mendorong internasional ada keterbatasan, tapi kalau didorong oleh Bank Indonesia mungkin dorongannya akan lebih kencang daripada kita. Kita mengundang dan menyediakan tempat bagi produk-produk internasional untuk membuka pabriknya di sini,” katanya.

Ia menambahkan Aceh sudah memiliki bahan baku, tenaga kerja, para ahli, serta lahan di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, yang dapat dimanfaatkan oleh para investor dari luar untuk berinvestasi di provinsi paling barat Indonesia itu.

“Oleh karena itu kita mengundang pihak internasional untuk ikut membuka di sini sebagai tempat produk yang kemudian dikirim ke mancanegara,” ujarnya.

Dengan begitu, lanjut Safrizal, akan memungkinkan Aceh tidak lagi mengirim minyak mentah ke luar apabila ada perusahaan internasional mendirikan pabriknya Aceh, yang bahan baku akan tercukupi.

“Tapi hari ini karena kebutuhan Aceh sendiri kita cukup, tentu ekspor menjadi salah satu strategi untuk pertumbuhan kita,” ujarnya.

Baca juga: OJK kembangkan ekosistem keuangan inklusi di sentra nilam Aceh Besar

Baca juga: ARC USK perkuat kerja sama untuk pengembangan inovasi nilam Aceh