Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Indonesia dan China menyepakati kerja sama pendirian perusahaan patungan (joint venture) manufaktur sel baterai (battery cell) kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

"Harapannya, pada tahun 2027 kita sudah bisa melihat hasil joint venture yang pada hari ini ditandatangani, yaitu battery cell," kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia (RI) Kartika Wirjoatmodjo yang turut menyaksikan penandatanganan kerja sama.

Kerja sama tersebut terjalin antara PT Industri Baterai Indonesia (IBC), perusahaan investment holding milik pemerintah Indonesia yang bergerak di bidang new energy material, dengan CBL International Development yang merupakan unit bisnis Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), raksasa produsen baterai asal China.

Penandatanganan perjanjian sementara (interim agreement) dan akta pendirian perusahaan patungan itu berlangsung di Jakarta pada Rabu (16/10).

Kemitraan dalam proyek ini akan mencakup manufaktur material baterai, manufaktur sel baterai, dan daur ulang baterai. IBC berharap kerja sama ini semakin memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan baterai EV dunia.

Pabrik baterai ini berlokasi di Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pengembangan proyek ini akan dilakukan secara bertahap dengan rencana investasi senilai 1,18 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.516) dan mencapai total kapasitas produksi 15 gigawatt-jam (GWh) per tahun.

IBC pada awal bulan ini juga telah menjalin kemitraan dengan dua perusahaan baterai asal China lainnya, yakni Nuode New Materials dan China Hualong International Construction Corporation (Sinoron), untuk hilirisasi tembaga sebagai bahan baku baterai EV.