Jakarta (ANTARA) - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berkolaborasi dengan PT VKTR Teknologi Mobilitas mengembangkan komponen dan perangkat lunak (software) kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) melalui dukungan Dana Padanan 2023.

Program ini dilaksanakan oleh Center for Research and Innovation on Advanced Transportation Electrification (CReATE) guna mendukung kemandirian teknologi inti kendaraan listrik nasional.

Dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, Dosen PENS sekaligus Kepala Pusat Riset CReATE Dadet Pramadihanto menyampaikan pihaknya optimistis kolaborasi antara kampus vokasi dan industri, seperti yang telah dilakukan VKTR ini, akan mempercepat kemajuan teknologi kendaraan listrik di Indonesia.

“Jika dilihat dari negara industri lainnya, kita masih ketinggalan karena mereka sudah lama melakukan riset. Namu, dibandingkan negara-negara yang selevel dengan Indonesia, kita tidak kalah,” kata Dadet.

Dukungan Dana Padanan digulirkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kemitraan PENS dan VKTR mendapat dukungan pendanaan sebesar Rp2,73 miliar dari Program Dana Padanan Kedaireka dari total nilai inovasi lebih dari Rp7 miliar.

Adapun sejak kerja sama dimulai pada tahun 2021, PENS dan VKTR telah berhasil mematenkan 14 inovasi yang siap dikembangkan lebih lanjut.

Melalui penelitian yang intensif, PENS dan VKTR telah berhasil mengembangkan beberapa inovasi teknologi, termasuk swing arm dan komponen pendukung dengan kompatibilitas tinggi untuk konversi sepeda motor roda dua berbasis in-wheel drive.

Salah satu inovasi yang paling menonjol yaitu Motor Fluks Aksial Tiga Fase dengan Satu Rotor dan Dua Stator, sebuah teknologi motor listrik yang menawarkan efisiensi daya lebih tinggi.

Baca juga: VKTR umumkan serah terima hak paten dan inovasi dengan PENS

Selain itu mereka juga mengembangkan Sistem Manajemen Armada Bus Cerdas yang dirancang untuk meningkatkan pengelolaan dan operasi bus apron listrik di bandara.

Inovasi yang dihasilkan dari kolaborasi PENS dengan VKTR tidak hanya berfokus pada efisiensi dan performa kendaraan listrik, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan.

Dengan adopsi teknologi kendaraan listrik, kata dia, emisi karbon dapat ditekan, yang sejalan dengan upaya global dan nasional untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Menurut Dadet, proses menuju kemandirian teknologi kendaraan listrik nasional tidaklah mudah. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah kesiapan manufaktur dalam memproduksi komponen kendaraan listrik secara massal di dalam negeri.

Hingga saat ini, kata dia, Indonesia belum memiliki produsen yang mampu memproduksi motor listrik skala besar, meskipun dari sisi inovasi teknologi, bangsa ini telah menunjukkan kemajuan yang signifikan.

“Untuk sampai membuat sebuah electric vehicle itu butuh proses panjang. Tetapi semuanya bertujuan untuk kemandirian Indonesia,” ucapnya.

Percepatan elektrifikasi kendaraan listrik di Indonesia merupakan langkah penting dalam mewujudkan kemandirian teknologi sekaligus mencapai target lingkungan yang lebih baik.

Baca juga: PENS gandeng Grain dukung kemandirian industri transportasi listrik

Inovasi yang dihasilkan oleh PENS dan VKTR, mulai dari sepeda motor listrik hingga sistem manajemen bus apron listrik, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing di industri kendaraan listrik global.

Dengan adanya dukungan dari pemerintah, industri, dan lembaga riset, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain penting dalam industri kendaraan listrik global.

Harapan besar tertuju pada inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh berbagai perguruan tinggi dengan mitra industri seperti PENS dan VKTR, yang tidak hanya berkontribusi terhadap pembangunan industri kendaraan listrik, tetapi juga terhadap upaya mencapai target keberlanjutan lingkungan.

Sebagai informasi, Program Dana Padanan dan Kedaireka diluncurkan pada 2020. Kemendikbudristek mencatat, jumlah proposal penelitian yang diterima perguruan tinggi dari perusahaan naik dari 1.200 pada tahun 2021 menjadi 5.600 pada tahun 2023.

Di samping itu pendanaan penelitian tercatat meningkat hingga 420 persen, yang menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) dari posisi 87 pada tahun 2021 ke-61 pada tahun 2024.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Tatang Muttaqin mengatakan Program Dana Padanan telah mendorong ekosistem kolaborasi antara perguruan tinggi vokasi dan industri sejak tiga tahun pelaksanaannya.

Menurutnya, ribuan mahasiswa telah merasakan dampak program ini. Mereka belajar dan dibimbing langsung oleh ribuan profesional yang ikut terlibat dalam program ini setiap tahun.

“Dengan langkah-langkah strategis dan kerja keras, pendidikan vokasi dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan,” kata Tatang.

Baca juga: PENS kukuhkan guru besar Departemen Teknik Elektro