BI: ekonomi bisa tumbuh 6 persen dengan reformasi struktural
23 Juni 2014 16:44 WIB
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan gedung perkantoran di Jakarta, Selasa (17/12). Bank Indonesia menyatakan kebijakan reformasi struktural akan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai enam persen lebih.(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Makassar (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh enam persen lebih dengan laju inflasi terjaga dan defisit transaksi berjalan lebih sehat jika didukung dengan kebijakan reformasi struktural yang ekstra ketat.
"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 berada pada kisaran 5,1 sampai 5,5 persen namun akan kembali ke enam persen, bahkan lebih, jika reformasi struktural dilakukan dengan baik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Makassar, Senin.
Agus mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dan menghindari perekonomian Indonesia dari jebakan pendapatan menengah diperlukan percepatan proses transisi ke perekonomian maju berpendapatan tinggi.
Proses transisi itu, menurut dia, menuntut kesinambungan laju pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan pada keandalan sektor industri dan kemampuan pelaku ekonomi dalam beradaptasi dengan globalisasi.
Saat ini, pembangunan landasan itu masih dihadapkan pada sejumlah tantangan besar yang bersifat struktural sehingga diperlukan kebijakan reformasi struktural yang ekstra ketat.
Gubernur BI menyebutkan bahwa ada tiga pilar reformasi struktural yang harus iimplementasikan, pertama peningkatan daya saing industri dan ekonomi nasional, kedua peningkatan kemandirian ekonomi dan ketiga peningkatan sumber pembiayaan yang berkesinambungan.
Ia mengatakan, peningkatan dara saing industri mesti dilakukan dengan penerapan teknologi unuk menambah nilai tambah.
"Industri harus menggunakan teknologi menengah dan modern. Terutama yang menyangkut industri komoditas, jangan lagi ekspor bahan mentah, semua harus value added, dan terus ke hilir," kata Agus.
Terkait peningkatan kemandirian ekonomi, Agus menyebutkan daerah-daerah di Indonesia jangan terus mengandalkan impor apalagi saat ini nilai impor sudah lebih besar daripada ekspor.
Sementara untuk meningkatkan sumber pembiayaan yang berkesinambungan, menurut dia, "harus ada pendalaman pasar modal, pendalaman pasar keuangan, juga kontribusi pembiayaan tidak hanya dari perbankan tapi juga industri nonbank."
Menurut dia, ketiga upaya penguatan tersebut perlu ditopang dengan ketahanan energi dan pangan dan penguatan modal dasar pembangunan yang meliputi infrastruktur, sumber daya manusia, kelembagaan dan teknologi.
Menurut Agus, jika semua pilar reformasi struktural itu dilakukan, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali ke enam persen lebih. Sebaliknya, jika tidak dilakukan maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus turun dan sulit naik.
"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 berada pada kisaran 5,1 sampai 5,5 persen namun akan kembali ke enam persen, bahkan lebih, jika reformasi struktural dilakukan dengan baik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Makassar, Senin.
Agus mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dan menghindari perekonomian Indonesia dari jebakan pendapatan menengah diperlukan percepatan proses transisi ke perekonomian maju berpendapatan tinggi.
Proses transisi itu, menurut dia, menuntut kesinambungan laju pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan pada keandalan sektor industri dan kemampuan pelaku ekonomi dalam beradaptasi dengan globalisasi.
Saat ini, pembangunan landasan itu masih dihadapkan pada sejumlah tantangan besar yang bersifat struktural sehingga diperlukan kebijakan reformasi struktural yang ekstra ketat.
Gubernur BI menyebutkan bahwa ada tiga pilar reformasi struktural yang harus iimplementasikan, pertama peningkatan daya saing industri dan ekonomi nasional, kedua peningkatan kemandirian ekonomi dan ketiga peningkatan sumber pembiayaan yang berkesinambungan.
Ia mengatakan, peningkatan dara saing industri mesti dilakukan dengan penerapan teknologi unuk menambah nilai tambah.
"Industri harus menggunakan teknologi menengah dan modern. Terutama yang menyangkut industri komoditas, jangan lagi ekspor bahan mentah, semua harus value added, dan terus ke hilir," kata Agus.
Terkait peningkatan kemandirian ekonomi, Agus menyebutkan daerah-daerah di Indonesia jangan terus mengandalkan impor apalagi saat ini nilai impor sudah lebih besar daripada ekspor.
Sementara untuk meningkatkan sumber pembiayaan yang berkesinambungan, menurut dia, "harus ada pendalaman pasar modal, pendalaman pasar keuangan, juga kontribusi pembiayaan tidak hanya dari perbankan tapi juga industri nonbank."
Menurut dia, ketiga upaya penguatan tersebut perlu ditopang dengan ketahanan energi dan pangan dan penguatan modal dasar pembangunan yang meliputi infrastruktur, sumber daya manusia, kelembagaan dan teknologi.
Menurut Agus, jika semua pilar reformasi struktural itu dilakukan, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali ke enam persen lebih. Sebaliknya, jika tidak dilakukan maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus turun dan sulit naik.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: