Semarang (ANTARA News) - Analis politik Universitas Diponegoro Semarang Budi Setiyono menilai substansi dalam debat capres tak banyak memengaruhi pilihan masyarakat.

"Masyarakat selama ini lebih melihat bagaimana performa capres dan cawapresnya dalam debat. Bukan hal-hal yang bersifat substansial dalam debat, seperti visi misi yang diusung," katanya di Semarang, Senin.

Dia mengatakan risetnya setiap usai debat menunjukkan masyarakat lebih melihat penampilan capres.

Aspek substantif, kata pengajar FISIP Undip itu, berada di urutan dua atau tiga dalam faktor yang bisa memengaruhi pilihan masyarakat.

"Faktor pertama dalam debat yang memengaruhi pilihan masyarakat ya performa atau penampilan, seperti kerapian, sikap, dan perilakunya. Apakah sopan, santun, menghargai lawannya dan audiens," katanya.

Budi mengatakan performa terbagi dalam dua aspek yakni penampilan secara fisik dan kemampuan bahasa serta gerak tubuh.

Menurut dia, performa sudah disadari secara baik oleh masing-masing kandidat.

Dia mencontohkan Joko Widodo yang mengenakan jas dan dasi saat debat.

"Padahal, penampilan Jokowi di luar ajang debat kan tidak seperti itu. Karena apa? Ya, ingin menyesuaikan dengan persepsi publik. Publik memang lebih melihat penampilan semacam itu," ungkapnya.

Selanjutnya masyarakat akan menilai capres yang memberikan penghargaan terhadap profesi.

"Penghargaan dan sensivitas capres atas profesi terlihat dari artikulasi dan kata-kata kunci yang disampaikan dalam statemennya. Semisal profesi guru dengan menyebut tentang moralitas dan karakter," katanya.

Dari kalangan ibu-ibu lain lagi, kata dia, sebab lebih senang dengan capres dan cawapres yang lebih banyak tersenyum selama pelaksanaan debat, ketimbang visi misi yang diusung masing-masing kandidat.

"Pengaruh debat cukup besar. Asalkan kandidat mampu menyuguhkan performa baik, menyentuh kalangan profesi dengan kata-kata kunci, seperti mengapresiasi jasa guru, jasa dokter, dan sebagainya," kata Budi.