Jakarta (ANTARA) - Peneliti sekaligus pegiat budaya dari Komunitas Nusantara Code Wulansary mengungkapkan Indonesia memiliki peluang dalam menciptakan ulang pengetahuan tradisional (co-production of knowledge) yang merupakan bagian dari kekayaan budaya tanah air.

"Jika kekayaan budaya yang berupa warisan traditional knowledge itu mampu kita temukan dan co-produksi dalam jejaring kerja yang konstruktif, maka peluang besar bagi Indonesia menjadi peradaban adiluhung itu sebuah keniscayaan," kata Wulansary dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kemenko PMK: Festival permainan tradisional wujud pelestarian budaya

Ia menjelaskan, co-production of knowledge adalah upaya untuk menciptakan ulang sebuah pengetahuan yang melibatkan berbagai pihak untuk bertukar informasi guna membuat sebuah pengetahuan yang dalam konteks ini berbasis pengetahuan tradisional masyarakat Indonesia.

Mahasiswa doktoral antropologi di Universitas Indonesia (UI) itu mengungkapkan bahwa traktat internasional Genetic Resources Traditional Knowledge & Folklore (GRTKF) menjadi peluang dalam melestarikan pengetahuan tradisional Indonesia.

Traktat yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 24 Mei 2024 ini berisi aturan perlindungan atas kekayaan sumber daya genetik, pengetahuan tradisional, dan folklor atau ekspresi budaya. Perjanjian ini berpeluang menciptakan kerja sama dalam menciptakan ulang pengetahuan tradisional sebagai kunci pelestariannya.

"GRTKF ini peluang kita karena dia barang baru, masih eksklusif, kalau kita bisa dapatkan link bahwa dunia internasional sedang membutuhkan ini kita bisa dapatkan proyek untuk kerja bersama," paparnya.

Menurutnya, Indonesia memiliki ragam pengetahuan tradisional yang kaya di berbagai bidang seperti pertanian, kesehatan, pengolahan lahan, dan lain-lain. Namun, kekayaan pengetahuan tradisional terancam punah apabila tidak dipertahankan.

Baca juga: Peneliti BRIN tekankan internalisasi atraksi budaya di desa wisata

"Saat ini traditional knowledge itu hanya dimiliki oleh kaum tua, tidak diimplementasikan karena hanya dimiliki di kepala karena tidak dipraktikkan," imbuhnya.

Menurutnya, pengetahuan tradisional yang diwariskan secara turun temurun memberikan manfaat dalam berbagai bidang.

"Di dalamnya terdapat pengetahuan yang luar biasa dan bermanfaat, ramah lingkungan, serta berkelanjutan," katanya.

Meskipun dalam implementasinya di masyarakat tradisional berkaitan dengan mitos dan kepercayaan setempat, setelah diteliti lebih lanjut pengetahuan tradisional dapat dipertanggungjawabkan secara sains modern.

Misalnya di bidang pertanian, masyarakat Baduy dari Banten memanfaatkan sekelompok daun endemik bernama daun dangdautan yang dipercaya sebagai daun tolak bala untuk melindungi lumbung padi.

Wulansary menjelaskan, setelah diidentifikasi, ternyata sembilan jenis daun liar yang disebut daun dangdautan ini ternyata secara ilmiah memiliki khasiat sebagai pelindung padi dari hama.

"Ternyata fungsinya luar biasa ada yang anti ngengat, anti kutu, anti semut. Ternyata leluhur mereka sudah tahu sebelumnya tapi mungkin lewat empiris, lewat coba-coba, mereka melakukan riset tapi tidak dengan metode sains," paparnya.

Baca juga: Shantu, alat musik tradisional Hausa di Nigeria yang terpinggirkan