Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus mematangkan skema Tanazul yang rencananya bakal diterapkan secara resmi pada penyelenggaraan ibadah haji 1446 Hijriah/2025 Masehi, sebagai bentuk antisipasi kapasitas berlebih di Mina.

"Tanazul akan kita matangkan, artinya jamaah itu tidak tinggal di tenda, tetapi tinggal di hotel yang dekat dengan kawasan tenda, kawasan Mina, sehingga nanti tendanya agak berkurang (kepadatannya)," ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief di Jakarta, Kamis.

Kebijakan ini dalam rangka mengurangi kepadatan jamaah haji saat mabit (menginap) di tenda Mina. Konsepnya, jamaah yang tinggal di hotel dekat area jamarat, akan kembali ke hotel (tidak menempati tenda di Mina).

Secara konsep, jamaah akan menginap atau bermalam pada malam hari di area terdekat jamarat (tempat lontar jumrah) hingga mencukupi waktu mabit. Setelah itu, mereka kembali ke hotel untuk istirahat. Ini rencana akan diterapkan bagi jamaah yang hotelnya di dekat jamarat.

Hilman berharap terobosan ini bisa menjadi solusi atas kepadatan tenda di Mina sekaligus memberi kenyamanan bagi jamaah dengan tetap mempertimbangkan keabsahan pada aspek manasik hajinya.

Baca juga: Kemenag pastikan transisi pemerintahan tak berdampak pada layanan haji
Baca juga: Kemenag susun regulasi layanan akomodasi untuk persiapan haji 2025


Menurutnya, kepadatan di Mina memang tidak bisa dihindari, mengingat jumlah peserta haji yang terus bertambah sementara kapasitas tenda di Mina tidak banyak mengalami perubahan.

"Lokasinya belum banyak berubah secara infrastrukturnya. Memang tendanya lebih canggih, lebih baik, tetapi secara kawasan meskipun terdengar bahwa saat ini juga mereka (Pemerintah Saudi) sudah melakukan pembaharuan di titik tertentu ya," kata dia.

Namun yang menjadi perhatian pemerintah yakni masalah konsumsi bagi jamaah yang akan melaksanakan tanazul. Saat puncak haji, jalur-jalur menuju Mina ditutup oleh otoritas Saudi, sehingga sangat sulit bagi syarikah penyedia layanan konsumsi mendistribusikan makanan.

"Itu yang semua agensi, semua syarikah tidak ada yang sanggup. 'Kami bisa masaknya, tapi kami tidak sanggup men-delivery-nya'," kata Hilman.

Untuk itu, Kemenag akan mematangkan skema ini agar ditemukan jalan terbaik demi kelancaran pelayanan jamaah calon haji Indonesia.

Di sisi lain, skema Murur juga akan diperkuat. Murur adalah pergerakan jamaah haji dari Arafah melintas di Muzdalifah lalu menuju ke Mina saat puncak haji. Jamaah diberangkatkan dari Arafah setelah magrib menuju Muzdalifah, tanpa turun, dan langsung menuju ke Mina.

Murur secara sistematis kali pertama diterapkan pada penyelenggaraan haji 2024. Terobosan ini berhasil mempercepat proses mobilisasi jamaah dari Muzdalifah ke Mina hingga selesai pada pukul 07:37 waktu Arab Saudi. Lebih dari 50 orang haji Indonesia yang mengikuti skema ini dan itu berhasil mengurangi kepadatan jemaah di Muzdalifah.

Baca juga: Kloter pertama pemberangkatan haji diperkirakan 2 Mei 2025
Baca juga: Kemenag perkuat skema murur dan siapkan tanazul saat haji 2025