IBC-CATL bentuk JV sel baterai perkuat posisi Indonesia di global
17 Oktober 2024 14:49 WIB
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (tengah) menyaksikan penandatanganan interim agreement dan akta pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV) manufaktur sel baterai dengan antaran PT Industri Baterai Indonesia (Industry Battery Corporation/IBC) dengan CBL International Development Pte Ltd., unit bisnis CATL, di Jakarta, Rabu (16/10/2024). ANTARA/HO-Humas PT IBC
Jakarta (ANTARA) - PT Industri Baterai Indonesia (Industry Battery Corporation/IBC) bekerja sama dengan CBL International Development, unit bisnis CATL, membentuk perusahaan patungan (JV) guna memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri baterai global.
"Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci baterai di pasar global," kata Direktur Utama IBC Toto Nugroho dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
PT Industri Baterai Indonesia atau Industry Battery Corporation (IBC) membangun kerja sama dengan CBL International Development Pte Ltd unit bisnis Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) terkait pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV).
IBC sebagai perusahaan investment holding yang bergerak di bidang new energy materials melakukan penandatanganan interim agreement dan akta pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV) manufaktur sel baterai dengan CBL International Development Pte Ltd., unit bisnis CATL, perusahaan baterai kendaraan listrik (EV) di dunia.
Penandatanganan perjanjian itu dilakukan di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, pada Rabu (16/10) disaksikan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Toto menuturkan bahwa kerja sama itu merupakan upaya strategis IBC dalam mendorong program hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai terintegrasi serta dalam rangka mengembangkan rantai pasok baterai kendaraan listrik mulai dari hulu hingga ke hilir.
Baca juga: Menko Marves resmikan pabrik LFP di Kawasan Industri Kendal Jateng
Dalam kerja sama ini, IBC yang merupakan perusahaan patungan dari PT Antam Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero), terlibat dalam rantai nilai di segmen hilir antara lain manufaktur material baterai, manufaktur sel baterai, dan daur ulang baterai.
“Hari ini kami melaporkan bahwa JV 5 kami, proyek manufaktur battery cell, saat ini telah memasuki tahap awal dan berlokasi di Karawang, Jawa Barat," ujar Toto.
Melalui upaya bersama, dia menerangkan, IBC dan CBL ingin mengembangkan proyek ini secara bertahap dengan total investasi 1,18 miliar dolar AS dan mencapai total kapasitas produksi 15 GWh per tahun.
"Kapasitas ini cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan global," imbuh Toto.
General Manager of International Business Manufacturing Operations of CATL Gordon An menyebutkan proyek pabrik baterai merupakan komponen kunci dalam membangun rantai dan ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai listrik di Indonesia.
“CATL bersedia untuk secara aktif memanfaatkan kelebihan dalam inovasi teknologi dan manufaktur dan berharap dapat bekerja sama dengan mitra kami di Indonesia untuk mendukung pengembangan upaya elektrifikasi di Indonesia,” ujar Gordon.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut IBC dapat menjadi pemain utama yang mampu mengundang investor dan mitra untuk masuk pada market/ industri baterai, yang lebih terdepan daripada global player lain pada industri baterai.
“Kita juga harus cepat, agile dan adaptif dalam mengeksekusi proyek ini. Kita harus mengamati perubahan teknologi yang muncul di bidang kendaraan listrik, sehingga kita dapat menjadi lebih kompetitif," kata Kartika
Dia berharap dengan kerja sama tersebut, maka pada tahun 2027, Indonesia sudah bisa menghasilkan battery cell.
Dengan mempertimbangkan potensi cadangan nikel Indonesia, lanjut Kartika, Project Dragon diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global baterai kendaraan listrik.
Selain itu, proyek ini diharapkan pula mampu memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia seperti menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing dan meningkatkan kapasitas industri energi terbarukan di Indonesia.
Proyek ini juga tidak diragukan lagi akan mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero emissions pada tahun 2060.
"Melalui kolaborasi multipihak, termasuk pemerintah, BUMN dan mitra internasional, Indonesia bergerak menuju masa depan yang mandiri dalam energi yang berkelanjutan," kata Kartika.
Baca juga: Airlangga resmikan pabrik baterai EV ramah lingkungan pertama di RI
Baca juga: Luhut: Pabrik anoda baterai litium Kendal akan buat Indonesia disegani
"Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci baterai di pasar global," kata Direktur Utama IBC Toto Nugroho dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
PT Industri Baterai Indonesia atau Industry Battery Corporation (IBC) membangun kerja sama dengan CBL International Development Pte Ltd unit bisnis Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) terkait pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV).
IBC sebagai perusahaan investment holding yang bergerak di bidang new energy materials melakukan penandatanganan interim agreement dan akta pendirian perusahaan patungan (joint venture/JV) manufaktur sel baterai dengan CBL International Development Pte Ltd., unit bisnis CATL, perusahaan baterai kendaraan listrik (EV) di dunia.
Penandatanganan perjanjian itu dilakukan di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, pada Rabu (16/10) disaksikan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Toto menuturkan bahwa kerja sama itu merupakan upaya strategis IBC dalam mendorong program hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai terintegrasi serta dalam rangka mengembangkan rantai pasok baterai kendaraan listrik mulai dari hulu hingga ke hilir.
Baca juga: Menko Marves resmikan pabrik LFP di Kawasan Industri Kendal Jateng
Dalam kerja sama ini, IBC yang merupakan perusahaan patungan dari PT Antam Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero), terlibat dalam rantai nilai di segmen hilir antara lain manufaktur material baterai, manufaktur sel baterai, dan daur ulang baterai.
“Hari ini kami melaporkan bahwa JV 5 kami, proyek manufaktur battery cell, saat ini telah memasuki tahap awal dan berlokasi di Karawang, Jawa Barat," ujar Toto.
Melalui upaya bersama, dia menerangkan, IBC dan CBL ingin mengembangkan proyek ini secara bertahap dengan total investasi 1,18 miliar dolar AS dan mencapai total kapasitas produksi 15 GWh per tahun.
"Kapasitas ini cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan global," imbuh Toto.
General Manager of International Business Manufacturing Operations of CATL Gordon An menyebutkan proyek pabrik baterai merupakan komponen kunci dalam membangun rantai dan ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai listrik di Indonesia.
“CATL bersedia untuk secara aktif memanfaatkan kelebihan dalam inovasi teknologi dan manufaktur dan berharap dapat bekerja sama dengan mitra kami di Indonesia untuk mendukung pengembangan upaya elektrifikasi di Indonesia,” ujar Gordon.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut IBC dapat menjadi pemain utama yang mampu mengundang investor dan mitra untuk masuk pada market/ industri baterai, yang lebih terdepan daripada global player lain pada industri baterai.
“Kita juga harus cepat, agile dan adaptif dalam mengeksekusi proyek ini. Kita harus mengamati perubahan teknologi yang muncul di bidang kendaraan listrik, sehingga kita dapat menjadi lebih kompetitif," kata Kartika
Dia berharap dengan kerja sama tersebut, maka pada tahun 2027, Indonesia sudah bisa menghasilkan battery cell.
Dengan mempertimbangkan potensi cadangan nikel Indonesia, lanjut Kartika, Project Dragon diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global baterai kendaraan listrik.
Selain itu, proyek ini diharapkan pula mampu memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia seperti menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing dan meningkatkan kapasitas industri energi terbarukan di Indonesia.
Proyek ini juga tidak diragukan lagi akan mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai target net zero emissions pada tahun 2060.
"Melalui kolaborasi multipihak, termasuk pemerintah, BUMN dan mitra internasional, Indonesia bergerak menuju masa depan yang mandiri dalam energi yang berkelanjutan," kata Kartika.
Baca juga: Airlangga resmikan pabrik baterai EV ramah lingkungan pertama di RI
Baca juga: Luhut: Pabrik anoda baterai litium Kendal akan buat Indonesia disegani
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024
Tags: