Jakarta (ANTARA) - Ketua Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) dr Rahyussalim menyebutkan pengobatan dengan sel punca atau stem cell merupakan metode pengobatan yang akan menjadi masa depan di dunia kesehatan.

Rahyussalim saat ditemui di Jakarta, Kamis, memaparkan metode pengobatan sel punca bisa menjadi salah satu solusi dalam pengobatan penyakit degeneratif (menahun), atau penyakit kongenital yang pada saat ini tidak mudah untuk diobati dengan metode pengobatan konvensional.

"Saat ini, dunia memasuki medicine 4.0, yang menggunakan AI precision medicine dengan big data dan sebagainya. Nah, pengobatan dengan sel punca itu dipersiapkan untuk nanti di era medicine 5.0, meskipun di beberapa tempat sudah menerapkan metode pengobatan ini sekarang," katanya.

Rahyussalim mengatakan pengobatan dengan sel punca mampu menjadi modalitas baru di dunia kesehatan. Ia memberi contoh dengan anak yang menderita stunting, di mana perkembangan tulang anak menjadi terganggu akibat penyakit yang dideritanya.

"Nah, di situlah pengobatan dengan stem cell akan memicu dan memacu perkembangan sel tulang anak," ujarnya.

Oleh karenanya, Rahyussalim berharap melalui berbagai penelitian dan praktik, pengobatan berbasis sel punca ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di masa yang akan datang.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Organisasi Riset (OR) Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) NLP Indi Dharmayanti mengatakan pengobatan berbasis sel punca memiliki prospek yang cerah di dunia, termasuk di Indonesia.

"Saya kira pengobatan ini prospektif sekali, ini masa depan yang berkaitan dengan precision medicine dan teknologi selanjutnya. Dan kita tahu pengobatan stem cell bisa memberikan harapan yang lebih baik daripada pengobatan konvensional. Ini bisa memecahkan masalah yang mungkin tidak bisa dipecahkan di pengobatan konvensional," ujarnya.

Oleh karenanya, Indi menyatakan BRIN mendukung upaya pengembangan pengobatan berbasis sel punca di Indonesia. Ia juga menyatakan pihaknya terbuka terhadap pihak manapun yang ingin bekerja sama dalam melakukan penelitian terkait sel punca.

"BRIN mempunyai open platform infrastruktur yang siap mendukung berbagai riset soal stem cell, juga platform lain seperti pendanaan yang bisa dimanfaatkan," tuturnya.

Baca juga: BRIN dukung pengembangan pengobatan berbasis sel punca di Indonesia
Baca juga: Dosen UI raih paten teknologi sel punca Xeno-Free di Inggris