Kupang (ANTARA News) - Pengamat pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang Rafael Leta Levis mengapresiasi Kementerian Pertanian dalam menghadapi kekeringan akibat El Nino yang diperkirakan terjadi pada Juli hingga Desember 2014.

"Perlu konkretisasi dari kesigapan Mentan dan segera pula menyosialisasikan skenario itu dalam kesempatan pertama sehingga sedapat mungkin membantu para petani menghadapi fenomena itu," katanya di Kupang, Sabtu.

El Nino adalah penyimpangan suhu permukaan Samudera Pasifik. Kementan telah memiliki tiga skenario untuk menghadapi kekeringan akibat penyimpangan suhu di permukaan Samudera Pasifik atau dikenal dengan El Nino yang diperkirakan terjadi pada Juli hingga Desember 2014.

"Tiga skenario itu disebut dengan Standard Operational Procedure untuk menjaga tingkat produksi jangan sampai turun," kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan usai Pertemuan Nasional Hortikultura di Mataram, NTB, Sabtu.

Rusman menyebutkan langkah pertama adalah membuat kalender tanam yang berbeda setiap kabupatennya.

Kementan menganjurkan petani untuk menanam varietas yang umurnya pendek agar cepat dipanen dan tidak terdahului kemarau panjang.

Ketiga, menyarankan untuk memanfaatkan embung, yakni cadangan air di pematang sawah untuk menampung air hujan.

Menurut Leta Levis, tiga skenario (SOP) Kementan dalam konteks kerjasama sektoral telah dilakukan Kemen PU yang setiap tahun sejak 2011 terus membangun embung kecil di berbagai pelosok Tanah Air untuk mengantisipasi kekurangan sumber daya itu.

Dosen pada Fakultas Pertanian Program Studi Pertanian Lahan Kering itu mencontohkan di NTT pada tahun 2014 dibangun 10 buah embung kecil di lima kabupaten utuk memenuhi kebutuhan air baku dan air untuk tanaman pertanian.

"Pemerintah mengalokasikan dana Rp10 miliar membangun 10 embung kecil di lima kabupaten yakni Kabupaten Manggarai Barat, Sumba Barat Daya, Rote Ndao dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)," katanya.

Selain pembangunan lima embung kecil, pemerintah juga melakukan pekerjaan rehabilitasi dan pembangunan irigasi di Manggarai dan Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Flotim, Rote, TTS, TTU, dan Kabupaten Belu.

"Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan dana untuk kebutuhan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi dengan alokasi dana dari APBD dan APBN total sebesar Rp23 miliar," ujarnya.