Bandung (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berkolaborasi dengan Bank Mandiri, menyelenggarakan forum bisnis di Bandung, Rabu, sebagai usaha dalam penguatan kapasitas dan daya saing UMKM bidang obat dan makanan.

"Dalam ajang ini diharapkan ada engagement, pendampingan, bahkan ada perusahaan (industri) yang menjadi bapak angkat dari perusahaan-perusahaan UMKM," kata Kepala BPOM Taruna Ikrar di Bandung, Rabu.

Hal ini dilakukan, kata dia, jika melihat data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada 2023, UMKM memiliki pengaruh besar bagi Indonesia. Di mana, saat ini ada sekitar 61 juta pelaku usaha, dengan 1,7 juta adalah yang berhubungan dengan obat dan makanan.

Dengan jumlah sebesar itu, UMKM memainkan peran penting dalam perekonomian nasional dengan 61 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara disumbangkan oleh UMKM. Dengan daya serap tenaga kerja sebesar 117 juta pekerja (97 persen).

"Kita lihat juga bagaimana UMKM kita saat krisis, saat COVID-19 ekonomi nasional bisa tertopang bahkan bisa bertumbuh 5 persen pasca pandemi. Jika UMKM ditopang, diarahkan, dan diberdayakan secara maksimal, kita optimis anggaran pendapatan dan belanja negara kita akan meningkat menjadi 8 persen," ujarnya.

Artinya, lanjut dia, UMKM amatlah penting sehingga pihaknya bersama para mitra berkomitmen meningkatkan, memberdayakan dan memperlebar peran UMKM, khususnya yang berhubungan dengan obat-obat dan makanan.

Mengingat, dalam data BPOM, saat ini terdapat 224 industri obat, 151 industri obat bahan alam dan 1.002 UMKM obat bahan alam, 121 industri kosmetik dan 1.057 UMKM kosmetik. Sedangkan untuk komoditi pangan olahan terdapat 883 Industri dan 9.210 UMKM pangan olahan.

"Artinya kita baru meregister 12 ribu UMKM, kita masih punya peluang meningkatkan sampai 20 ribu, bahkan suatu ketika ditarget 850 ribu UMKM," ujarnya.

Langkah yang akan dilakukan, kata dia, yang pertama adalah mempermudah regulasi untuk registrasi UMKM se-Indonesia, pengembangan sistem digitalisasi dalam pendataan, dan dilakukan pendampingan agar produknya terjual lebih luas bahkan sampai bisa diekspor.

"Untuk sampai ke situ kan dia butuh modal. Karena kan ada standar untuk membuat pangan olahan yang benar, yang baik, dan sebagainya karena itu kami menggandeng bank mandiri untuk ikut membantu dalam hal ini. Harapannya jumlah UMKM akan meningkat termasuk yang terregister hingga akhirnya akan berdampak kepada ekonomi nasional kita," ucapnya.

Direktur Jaringan dan Ritel Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengatakan bahwa kolaborasi yang dilakukannya dengan BPOM memiliki misi untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing baik di level industri maupun UMKM, dengan tujuan ekosistem industri obat dan makanan seluruh Indonesia bisa berjalan dengan baik.

"Kalau kita lihat bagaimana meningkatkan kapasitas dana saing pasti di dalamnya butuh support, butuh kolaborasi. Nah di situlah kami ingin berkontribusi dan berperan. Maka hal utama yang bisa kami lakukan adalah terbuka terhadap pembiayaan kepada pelaku bisnis baik level industri sampai UMKM, kami juga bisa menyiapkan pelatihan atau edukasi dari pelaku-pelaku UMKM, dan kami siapkan channel-channel online dan channel-channel offline bank Mandiri yang ada agar value chainnya bisa lancar," ujar dia.

Baca juga: BBPOM Jakarta pacu inovasi UMKM agar berdaya saing tinggi
Baca juga: BPOM ingatkan pelaku UMKM tidak urus izin edar produk lewat calo
Baca juga: BPOM RI dan Pemkab Banyuwangi bersinergi awasi obat dan makanan