Jakarta (ANTARA) - Mantan wali Kota Bogor sekaligus politikus asal Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto telah mendatangi kediaman rumah Presiden terpilih Prabowo Subianto di Kartanegara IV, Jakarta Selatan, pada Selasa (15/10).

Dalam kunjungannya, politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut digadang-gadangakan menjabat sebagai wakil menteri dalam negeri dalam kabinet Prabowo.

Usai bertemu dengan Prabowo, Bima Arya mengaku mendapat arahan dan tugas untuk fokus pada isu politik dan sinkronisasi pemerintahan daerah, serta memintanya secara khusus untuk melakukan studi mengenai sistem pemilu, yang dianggap Prabowo tidak efisien dan banyak pemborosan.

Meskipun belum mengungkapkan secara spesifik posisi yang akan diisi, Bima Arya menyatakan bahwa tugas tersebut sejalan dengan kemampuan dan pengalamannya. Dimana ia telah menjabat sebagai wali kota selama 10 tahun serta memiliki latar belakang sebagai akademisi dan pengamat politik.

Dengan demikian, bagaimana latar belakang kehidupan Bima Arya Sugiarto hingga ia dikabarkan untuk ikut dalam kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran? Berikut adalah profilnya.


Profil Bima Arya Sugiarto

Pria yang lahir di Paledang, Bogor pada 17 Desember 1972 ini merupakan putra dari pasangan Toni Sugiarto dan Melinda Susilarini. Ayahnya adalah seorang purnawirawan polisi dan tokoh di Bogor, sementara ibunya adalah finalis duta pariwisata Bogor.

Bima Arya Sugiarto menyelesaikan Pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas di Kota Bogor. Setelah itu, ia pindah ke Bandung untuk melanjutkan kuliah di Universitas Parahyangan (Unpar), mengambil jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Baca juga: Bima Arya dapat tugas dari Prabowo soal politik dan pemerintahan
Baca juga: Profil Meutya Hafid, disinyalir bakal calon menteri di Kabinet Prabowo


Selama kuliah, ia aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan. Hingga ia dipercaya untuk menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Unpar periode 1992–1993.

Tidak hanya itu, ia juga menjabat sebagai Ketua II Senat Mahasiswa FISIP dan sebagai Badan Pekerja Sekretariat Forum Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia.

Ia beberapa kali terpilih untuk memimpin organisasi kepanitiaan, dengan puncaknya pada tahun 1995, ketika ia menjadi ketua umum Panitia Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) ke VII di Gedung Asia Afrika, Bandung.

Pada tahun 1996, Bima telah menyelesaikan pendidikannya di Unpar dengan gelar sarjananya, Kemudian ia melanjutkan pendidikan S2 di Development Studies, Monash University, Melbourne dan selesai pada tahun 1998.

Setelah menempuh 2 tahun Pendidikan di Melbourne, Bima kembali ke tanah air dan mengabdikan dirinya sebagai dosen Hubungan Internasional di Unpar.

Pada tahun yang sama, ia mulai terjun ke dunia politik untuk menjadi salah satu penggagas berdirinya Partai Amanat Nasional dan dipercaya menjabat sebagai Sekretaris DPD PAN Kota Bandung untuk periode 1998–2000.

Pada awal 2001 Bima memutuskan untuk menetap ke Jakarta. Ia memulai karier baru di Universitas Paramadina. Setahun kemudian, Bima menerima beasiswa untuk melanjutkan program Doktor di bidang Ilmu Politik di Australian National University di Canberra, Australia.

Selama menjalani studi, ia bekerja sebagai peneliti di Research School for Pacific and Asian Studies, Canberra. Hingga mendapatkan gelar Doktor pada tahun 2006, Bima pun kembali ke Indonesia.

Bima memperkuat pengetahuannya dengan mendirikan lembaga konsultan politik bernama Charta politik Indonesia. Dengan pengetahuan yang mendalam tentang politik mengantarkan dirinya menjadi pengamat politik.

Bima Arya kembali bergabung dalam pengurus pusat DPP PAN untuk periode 2010-2015. Ia juga menghentikan perannya sebagai pengamat politik dan mengundurkan diri dari lembaga Charta Politika Indonesia.

Kemudian beberapa tahun silam, Bima Arya bersama Usmar Hariman mencalonkan diri dan terpilih dalam Pilkada Bogor, sebagai walikota untuk periode 2014 – 2019.

Baca juga: M. Herindra, Kepala BIN yang disiapkan untuk pemerintahan baru
Baca juga: Profil Sri Mulyani, Menkeu yang bakal bertugas lagi di kabinet Prabowo