Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan transmisi kebijakan moneter berjalan baik dengan suku bunga pasar uang (IndONIA) bergerak di sekitar BI-Rate, yaitu 6,16 persen pada 15 Oktober 2024.

“Suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 11 Oktober 2024 tercatat masing-masing pada level 6,69 persen, 6,79 persen, dan 6,84 persen, tetap menarik untuk mendukung aliran masuk modal asing,” kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Oktober 2024 di Jakarta, Rabu.

Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 2 tahun, per 15 Oktober 2024, menurun menjadi 6,31 persen, sementara imbal hasil SBN tenor 10 tahun meningkat menjadi 6,67 persen sejalan dengan kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun.

Sementara itu, likuiditas perbankan memadai sejalan dengan implementasi bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Likuiditas perbankan tetap memadai, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada September 2024 yang tinggi sebesar 25,40 persen.

Perry menuturkan likuiditas yang memadai serta efisiensi perbankan dalam pembentukan harga yang semakin baik dengan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), berdampak positif pada suku bunga perbankan yang tetap terjaga.

Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada September 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,75 persen dan 9,24 persen, relatif stabil dibandingkan dengan level bulan sebelumnya.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 15-16 Oktober 2024 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI-Rate tetap sebesar 6 persen.

Suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility juga tetap dipertahankan masing-masing sebesar 5,25 persen dan 6,75 persen.

Baca juga: BI tahan suku bunga acuan BI-Rate tetap 6 persen
Baca juga: Analis : Awal suku bunga rendah peluang investasi jangka panjang saham
Baca juga: Cara menghitung cicilan kredit rumah berdasarkan suku bunga