Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari mengatakan pemerintah baru menyambut hangat terselenggaranya ajang-ajang besar berskala internasional di Indonesia.

Pada 20 Oktober, Presiden Joko Widodo akan mengakhiri masa jabatannya. Kemudian pada tanggal yang sama, Presiden terpilih Prabowo Subianto akan secara resmi menjadi pemimpin Indonesia setelah menjalani prosesi pelantikan.

“Pemerintah baru pun menyambut sangat baik. Saya dalam beberapa kesempatan, berkomunikasi langsung dengan Pak Prabowo yang ingin Indonesia menjadi tuan rumah banyak event yang besar-besar. Bukan yang ecek-ecek. Kalau yang tarkam-tarkam (antar kampung) mah gampang, standarnya gampang. Tapi ini adalah ajang kelas dunia. Jika ini bisa terlaksana dengan baik, mudah-mudahan yang berikutnya, yang menjelang Olimpiade bisa di sini,” kata Okto pada acara peluncuran resmi logo Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta, Rabu.

Okto pun mengingatkan agar Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 dapat diselenggarakan dengan selayaknya sebagai kejuaraan level dunia.

“Jadi kita banyak bikin ajang, tapi akhirnya kita enggak bisa membedakan kejuaraan dunia, Kejuaraan Asia, sama sekadar ajang biasa. Nah ini pesan yang harus disampaikan,” ucap Okto.

“Karena untuk menjadi tuan rumah kejuaraan dunia, baru pertama kali di Asia Tenggara, jangan sampai kita cuma sekadar bikin. Kita harus memastikan peliputan, exposure, dan nilai gymnastic dapat tersebar,” tambahnya.

Baca juga: KOI tanggapi potensi Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2036

Dalam kesempatan itu, Okto juga mengingatkan agar PB Persani dapat terus memopulerkan olahraga senam agar ke depan, olahraga senam dapat terus melahirkan atlet-atlet papan atas seperti Rifda Irfanaluthfi yang mampu berkompetisi di ajang kelas dunia.

“Kita masih punya cukup banyak tantangan, sebagai induk olahraga, senam ini di Indonesia masih belum banyak dikenal. Orang masih belum tahu apa itu senam. Kita bangga sekali sama Rifda, tapi kalau kita lihat Indonesia dengan negara ratusan ribu populasi baru ada satu Rifda, di satu nomor artistik saja, padahal ada 14, itu mestinya PR kita ke sana,” ujar mantan ketua umum PB ISSI itu..

“Ini adalah momentum yang sangat berharga sekali, momentum yang bisa dimaksimalkan. Sebab matanya bukan hanya dari Jakarta, tapi mata Indonesia dan dunia mengarah ke sana. Apakah kita bisa memikulnya?” pungkasnya.

Baca juga: Logo Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 resmi diluncurkan pada Rabu
Baca juga: KOI soroti pemerataan penyelenggaraan multievent di kawasan Asia