Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan meluncurkan SATUSEHAT Logistik, bagian dari aplikasi SATUSEHAT yang berfungsi memantau ketersediaan vaksin di setiap fasilitas layanan kesehatan secara lebih mudah dan efisien.

“Namun demikian, saya ingin ini tidak terbatas pada vaksin saja. Saya ingin ini dikembangkan untuk pemantauan obat-obatan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan, terdapat tiga fokus utama dalam pengembangan layanan platform SATUSEHAT, yakni digitalisasi, integrasi platform, dan orientasi kepada pasien.

Budi menambahkan, dengan populasi Indonesia sekitar 280 juta jiwa, sebuah aplikasi yang digunakan oleh kurang dari satu juta pengguna dalam setahun tidak dapat dianggap sebagai aplikasi yang bagus.

“Apapun aplikasinya, jika dalam setahun digunakan kurang dari satu juta pengguna maka itu bukan aplikasi yang bagus. Sekurangnya adalah satu juta pengguna. Karena berdasar rekam jejak kita di aplikasi Peduli Lindungi, telah digunakan oleh lebih dari seratus juta orang,” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Menkes Budi mengapresiasi peran Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), yang turut berperan dalam membangun sistem SATUSEHAT Logistik.

Dalam keterangan yang sama, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalusia mengungkapkan, SATUSEHAT Logistik lahir karena sistem pencatatan dan pelaporan data obat dan alat kesehatan (alkes) begitu terfragmentasi.

Menurutnya, situasi ini menyulitkan pemantauan di tingkat daerah maupun nasional, sementara kebutuhan masyarakat terhadap obat dan alkes tertentu di setiap wilayah berbeda-beda.

Adapun proses pemantauan obat-obatan ditargetkan Menkes, katanya, sedang dikembangkan melalui Sistem Monitoring dan Inventaris Logistik Kesehatan Elektronik (SMILE).

Menurut Rizka, sebagai bagian dari SATUSEHAT Logistik, SMILE dapat dimanfaatkan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan secara transparan dan tepat waktu.

“Sistem ini bertujuan untuk mengoptimalkan manajemen inventaris dengan memastikan penanganan data yang transparan dan terintegrasi, sehingga dapat menyelaraskan antara pasokan dan permintaan di fasyankes,” katanya.

Sebelumnya, teknologi SMILE yang merupakan hasil kolaborasi antara Kemenkes, UNDP, dan Gavi telah terbukti mampu memantau rantai pasok vaksin COVID-19 selama pandemi.

Resident Representative of UNDP Indonesia Norimasa Shimomura menyatakan, dengan mengadopsi sistem yang terdapat dalam SMILE, SATUSEHAT Logistik diharapkan dapat membantu pelacakan distribusi vaksin dan obat-obatan.

“SMILE memungkinkan pelacakan digital distribusi vaksin dari provinsi, kabupaten, hingga puskesmas. Sistem monitoring pada SMILE dapat mencegah kelebihan dan kekurangan stok vaksin,” ujar Norimasa.