Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 20 persen pengguna MRT Jakarta hingga saat ini membeli tiket melalui aplikasi MyMRTJ, sementara sisanya menggunakan metode pembayaran digital lain termasuk uang elektronik bank.

"Berbicara alat pembayaran sekarang itu 80:20, untuk digital sekarang sudah 20 persen (pengguna menggunakan aplikasi MyMRTJ)," ujar Division Head Commercial & Retail PT MRT Jakarta Rendy Primartantyo di Jakarta, Rabu.

Rendy mengatakan persentase penggunaan metode pembayaran melalui aplikasi cukup signifikan semenjak pandemi COVID-19 dan ini diharapkan terus meningkat ke depannya.

MRT Jakarta, lanjutnya, berkomitmen mendukung upaya transformasi dan digitalisasi pembayaran saat bertransaksi di ekosistem MRT Jakarta.

Lalu, dalam rangka mewujudkan itu, MRT Jakarta pun akan menghentikan penjualan tiket jelajah berganda (MTT) pada Oktober ini.

Baca juga: MRT Jakarta dan AFD sepakati nilai proyek TOD capai Rp3,8 miliar

"Kami akan terus meningkatkan digital, karena dari tidak akan menjual lagi tiket MRT kartu yang multi trip (MTT) dan kami harapkan lebih banyak mitra kita dari dari pembayaran digital," ujar Rendy.

Adapun untuk pengembalian dana dari kartu MTT, Rendy mengatakan, pengguna kartu dapat mendatangi loket-loket tiket di stasiun-stasiun MRT. Nantinya, pengguna mendapatkan pengembalian dana dalam bentuk tunai.

"Tinggal datang ke Stasiun MRT, loket-loketnya kami, itu bisa dikembalikan. Jadi, orang sudah mulai mengembalikan. Saya agak lupa kapan tenggat waktunya. Kami tidak mau merugikan masyarakat," ujar Rendy.

Adapun MRT Jakarta sudah melakukan pembatasan penjualan kartu jelajah berganda baru dan sosialisasi pada pengguna terkait rencana menghentikan penjualan kartu jelajah berganda ini sejak November dan Desember 2023.

Kartu tersebut sudah tak lagi tersedia sejak 1 Januari 2024 dan masih bisa digunakan hingga Oktober 2024.

Baca juga: Bank DKI jadi BUMD pertama sebagai mitra hak penamaan stasiun MRT