Pemprov pastikan harga pangan di Papua Barat relatif stabil
16 Oktober 2024 14:36 WIB
Kepala Seksi Harga Pangan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat Ellyanti Mayangsari saat diwawancara awak media di Manokwari, Rabu (16/10/2024). ANTARA/Fransiskus Salu Weking.
Manokwari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat memastikan harga sejumlah komoditas pangan yang dijual oleh para pedagang di pasaran masih relatif stabil, karena ditopang dengan kecukupan pasokan.
Kepala Seksi Harga Pangan Dinas Ketahanan Pangan Papua Barat Ellyanti Mayangsari, di Manokwari, Rabu, mengatakan harga komoditas pangan tidak mengalami lonjakan harga yang signifikan.
Pihaknya bersama tim yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pangan Papua Barat rutin melaksanakan inspeksi mendadak untuk memantau harga pangan ke tingkat pedagang maupun distributor.
"Harga jual di pasaran rata-rata masih stabil, belum ada kenaikan yang signifikan," ujar Ellyanti.
Ia menjelaskan upaya menjaga kestabilan harga komoditas pangan tidak hanya dilakukan melalui inspeksi mendadak, melainkan dengan menggelar pasar murah serentak di sejumlah daerah.
Kegiatan itu melibatkan Perum Bulog, pedagang, distributor, dan pelaku UMKM, sehingga masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dengan harga pangan lebih rendah dari harga jual di pasaran.
"Tahun 2024 ini, pemerintah provinsi sudah laksanakan pasar murah 13 kali tujuannya supaya harga stabil dan inflasi tetap terkendali," ujar Ellyanti.
Dia menyebut komoditas yang dijual saat kegiatan pangan murah, antara lain beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Rp60 ribu per 5 kilogram, gula pasir Rp17.500 per kilogram, dan bawang merah Rp30 ribu per kilogram.
Kemudian, cabai rawit Rp50 ribu per kilogram, minyak goreng Rp18 ribu per liter, bawang putih Rp35 ribu per kilogram, daging sapi lokal Rp120 ribu per kilogram, dan telur ayam Rp25 ribu per kilogram.
"Kalau cabai keriting dijual Rp25 ribu per kilogram, dan ayam beku yang didatangkan dari Surabaya dijual per ekor Rp30 ribu," ujar dia pula.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Provinsi Papua Barat pada periode September 2024 mengalami inflasi tahunan 2,91 persen (year on year/yoy), dan secara bulanan terjadi deflasi 0,92 persen (month to month/mtm).
Inflasi tahunan dipengaruhi kenaikan harga cukup signifikan dari kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau, kelompok pendidikan, dan kelompok jasa perawatan pribadi.
Adapun lima komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi tahunan Papua Barat adalah beras, ikan cakalang, ikan tuna, tarif angkutan udara, dan sigaretek kretek mesin.
Deflasi bulanan Papua Barat pada September 2024 dipengaruhi turunnya indeks harga dari dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.
Lima komoditas penyumbang utama deflasi bulanan meliputi, cabai rawit, tarif angkutan udara, tomat, bensin, dan jagung manis.
Baca juga: Gubernur Papua Barat keluarkan instruksi dua hari tanpa konsumsi nasi
Baca juga: Pemprov Papua Barat minta jaga hutan sagu demi ketahanan pangan lokal
Kepala Seksi Harga Pangan Dinas Ketahanan Pangan Papua Barat Ellyanti Mayangsari, di Manokwari, Rabu, mengatakan harga komoditas pangan tidak mengalami lonjakan harga yang signifikan.
Pihaknya bersama tim yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pangan Papua Barat rutin melaksanakan inspeksi mendadak untuk memantau harga pangan ke tingkat pedagang maupun distributor.
"Harga jual di pasaran rata-rata masih stabil, belum ada kenaikan yang signifikan," ujar Ellyanti.
Ia menjelaskan upaya menjaga kestabilan harga komoditas pangan tidak hanya dilakukan melalui inspeksi mendadak, melainkan dengan menggelar pasar murah serentak di sejumlah daerah.
Kegiatan itu melibatkan Perum Bulog, pedagang, distributor, dan pelaku UMKM, sehingga masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dengan harga pangan lebih rendah dari harga jual di pasaran.
"Tahun 2024 ini, pemerintah provinsi sudah laksanakan pasar murah 13 kali tujuannya supaya harga stabil dan inflasi tetap terkendali," ujar Ellyanti.
Dia menyebut komoditas yang dijual saat kegiatan pangan murah, antara lain beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Rp60 ribu per 5 kilogram, gula pasir Rp17.500 per kilogram, dan bawang merah Rp30 ribu per kilogram.
Kemudian, cabai rawit Rp50 ribu per kilogram, minyak goreng Rp18 ribu per liter, bawang putih Rp35 ribu per kilogram, daging sapi lokal Rp120 ribu per kilogram, dan telur ayam Rp25 ribu per kilogram.
"Kalau cabai keriting dijual Rp25 ribu per kilogram, dan ayam beku yang didatangkan dari Surabaya dijual per ekor Rp30 ribu," ujar dia pula.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Provinsi Papua Barat pada periode September 2024 mengalami inflasi tahunan 2,91 persen (year on year/yoy), dan secara bulanan terjadi deflasi 0,92 persen (month to month/mtm).
Inflasi tahunan dipengaruhi kenaikan harga cukup signifikan dari kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau, kelompok pendidikan, dan kelompok jasa perawatan pribadi.
Adapun lima komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi tahunan Papua Barat adalah beras, ikan cakalang, ikan tuna, tarif angkutan udara, dan sigaretek kretek mesin.
Deflasi bulanan Papua Barat pada September 2024 dipengaruhi turunnya indeks harga dari dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi.
Lima komoditas penyumbang utama deflasi bulanan meliputi, cabai rawit, tarif angkutan udara, tomat, bensin, dan jagung manis.
Baca juga: Gubernur Papua Barat keluarkan instruksi dua hari tanpa konsumsi nasi
Baca juga: Pemprov Papua Barat minta jaga hutan sagu demi ketahanan pangan lokal
Pewarta: Fransiskus Salu Weking
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: