BPS: Produksi beras di Sumsel mencapai 1,63 juta ton pada 2024
15 Oktober 2024 23:39 WIB
Foto Arsip - Petani saat memilah padi untuk dipanen di lahan sawah kawasan Jakabaring Palembang Sumsel, Jumat (19/10/2018). ANTARA FOTO/Feny Selly
Palembang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras di Sumatera Selatan (Sumsel) mencapai 1,63 juta ton pada tahun 2024.
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto, di Palembang, Selasa, mengatakan produksi beras untuk konsumsi penduduk diperkirakan sekitar 1.632,35 ribu ton atau melonjak sebesar 0,35 persen dibandingkan tahun 2023.
Jumlah tersebut merupakan hasil konversi produksi padi di periode yang sama sebesar 2,84 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan mencapai 9,79 ribu ton GKG.
“Meskipun pada tahun 2024 ada terjadi bencana, seperti banjir, serangan hama dan juga musim kemarau, namun upaya pemerintah yang dilakukan secara konsisten tentu mendorong tingkat produksi petani,” katanya lagi.
Ia menjelaskan produksi padi yang kemudian dikonversi menjadi beras di Sumsel sepanjang tahun ini masih fluktuatif. Pada subround I atau dari Januari sampai April mengalami peningkatan sebesar 32,81 ribu ton, diikuti penurunan di subround II (Mei-Agustus) menjadi 113,06 ton, serta potensi kenaikan di subround III (September-Desember) sebesar 90,04 ribu ton.
Terdapat tiga daerah dengan produksi paling besar, di antaranya Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Hal itu sejalan dengan luas lahan sawah Sumsel yang memang kebanyakan berada di tiga daerah Sumsel.
“Pemanfaatan lahan rawa dari Kementan RI kemarin cukup berdampak. Selain itu, program dari pemerintah daerah seperti bantuan bibit, pupuk dan luasan lahan tanam juga bisa mendorong produksi,” kata Wahyu pula.
Baca juga: Bulog Sumsel-Babel: Penyaluran beras SPHP capai 27.073 ton hingga Juni
Baca juga: Wamentan targetkan Indonesia bebas impor beras pada Tahun 2025
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto, di Palembang, Selasa, mengatakan produksi beras untuk konsumsi penduduk diperkirakan sekitar 1.632,35 ribu ton atau melonjak sebesar 0,35 persen dibandingkan tahun 2023.
Jumlah tersebut merupakan hasil konversi produksi padi di periode yang sama sebesar 2,84 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan mencapai 9,79 ribu ton GKG.
“Meskipun pada tahun 2024 ada terjadi bencana, seperti banjir, serangan hama dan juga musim kemarau, namun upaya pemerintah yang dilakukan secara konsisten tentu mendorong tingkat produksi petani,” katanya lagi.
Ia menjelaskan produksi padi yang kemudian dikonversi menjadi beras di Sumsel sepanjang tahun ini masih fluktuatif. Pada subround I atau dari Januari sampai April mengalami peningkatan sebesar 32,81 ribu ton, diikuti penurunan di subround II (Mei-Agustus) menjadi 113,06 ton, serta potensi kenaikan di subround III (September-Desember) sebesar 90,04 ribu ton.
Terdapat tiga daerah dengan produksi paling besar, di antaranya Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Hal itu sejalan dengan luas lahan sawah Sumsel yang memang kebanyakan berada di tiga daerah Sumsel.
“Pemanfaatan lahan rawa dari Kementan RI kemarin cukup berdampak. Selain itu, program dari pemerintah daerah seperti bantuan bibit, pupuk dan luasan lahan tanam juga bisa mendorong produksi,” kata Wahyu pula.
Baca juga: Bulog Sumsel-Babel: Penyaluran beras SPHP capai 27.073 ton hingga Juni
Baca juga: Wamentan targetkan Indonesia bebas impor beras pada Tahun 2025
Pewarta: Ahmad Rafli Baiduri
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: