Kemenkeu: Berlanjutnya surplus neraca dagang sinyal ekonomi tangguh
15 Oktober 2024 22:26 WIB
Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu menyampaikan sambutannya dalam hari kedua pelaksanaan 8th Annual Islamic Finance Conference (AIFC) di Jakarta, Jumat (4/10/2024). (ANTARA/Uyu Septiyati Liman.)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu optimistis berlanjutnya tren surplus neraca perdagangan menjadi sinyal ketangguhan ekonomi Indonesia.
Sebagaimana yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar 3,26 miliar dolar AS pada September 2024. Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.
“Konsistensi tren surplus ini merupakan kabar yang baik, membuktikan daya tahan ekonomi kita di tengah stagnasi ekonomi global,” kata Febrio di Jakarta, Selasa.
Hingga September 2024, akumulasi surplus tercatat mencapai 21,98 miliar dolar AS.
Menurut Febrio, kinerja neraca perdagangan juga mencerminkan ekonomi Indonesia yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif. “Tentunya hal ini menjadi modal yang baik untuk masa yang akan datang,” tambahnya.
Aktivitas perdagangan Indonesia yang masih mencatatkan kinerja yang baik hingga September juga dikatakan menjadi sinyal yang positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024.
Kemenkeu memproyeksikan pada triwulan tersebut ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,0 persen di tengah tantangan ekonomi global.
Febrio menjamin pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional. Pemerintah juga akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama.
Melalui konferensi pers Selasa, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan kondisi surplus ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar 4,62 miliar dolar AS. Adapun komoditas yang memberikan surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati serta besi dan baja.
Di saat yang sama, komoditas migas Indonesia justru mencatatkan defisit sebesar 1,36 miliar dolar AS. Defisit ini disumbang oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Sementara itu, nilai ekspor Indonesia pada September 2024 mencapai 22,08 miliar dolar AS atau secara kumulatif periode Januari-September 2024 sebesar 192,85 miliar dolar AS.
Nilai impor pada September 2024 mencapai 18,82 miliar dolar AS. Secara kumulatif pada Januari-September 2024 mencapai 170,87 miliar dolar AS.
Baca juga: BPS catat neraca perdagangan RI surplus selama 53 bulan beruntun
Baca juga: Rupiah melemah meski surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut
Baca juga: BI: Surplus neraca perdagangan memperkuat ketahanan eksternal ekonomi
Sebagaimana yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar 3,26 miliar dolar AS pada September 2024. Capaian tersebut memperpanjang tren surplus neraca perdagangan Indonesia menjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020.
“Konsistensi tren surplus ini merupakan kabar yang baik, membuktikan daya tahan ekonomi kita di tengah stagnasi ekonomi global,” kata Febrio di Jakarta, Selasa.
Hingga September 2024, akumulasi surplus tercatat mencapai 21,98 miliar dolar AS.
Menurut Febrio, kinerja neraca perdagangan juga mencerminkan ekonomi Indonesia yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif. “Tentunya hal ini menjadi modal yang baik untuk masa yang akan datang,” tambahnya.
Aktivitas perdagangan Indonesia yang masih mencatatkan kinerja yang baik hingga September juga dikatakan menjadi sinyal yang positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024.
Kemenkeu memproyeksikan pada triwulan tersebut ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,0 persen di tengah tantangan ekonomi global.
Febrio menjamin pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional. Pemerintah juga akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama.
Melalui konferensi pers Selasa, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan kondisi surplus ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar 4,62 miliar dolar AS. Adapun komoditas yang memberikan surplus utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati serta besi dan baja.
Di saat yang sama, komoditas migas Indonesia justru mencatatkan defisit sebesar 1,36 miliar dolar AS. Defisit ini disumbang oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah.
Sementara itu, nilai ekspor Indonesia pada September 2024 mencapai 22,08 miliar dolar AS atau secara kumulatif periode Januari-September 2024 sebesar 192,85 miliar dolar AS.
Nilai impor pada September 2024 mencapai 18,82 miliar dolar AS. Secara kumulatif pada Januari-September 2024 mencapai 170,87 miliar dolar AS.
Baca juga: BPS catat neraca perdagangan RI surplus selama 53 bulan beruntun
Baca juga: Rupiah melemah meski surplus neraca perdagangan Indonesia berlanjut
Baca juga: BI: Surplus neraca perdagangan memperkuat ketahanan eksternal ekonomi
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: