Pekanbaru (ANTARA News) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau menyatakan, pertumbuhan ekonomi Riau terpaksa dikoreksi karena dinilai dapat menyentuh batas bawah proyeksi gara-gara beberapa sumur minyak yang tidak produktif.
"Hal tersebut membuat Bank Indonesia Perwakilan Riau melakukan koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 5,5 persen," ujar Asisten Direktur Bidang Ekonomi dan Moneter BI Perwakilan Provinsi Riau Muhammad Abdul Majid Ikram di Pekanbaru, Kamis.
Padahal sebelumnya, lanjutnya, pihaknya telah membuat perkiraan yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Riau tahun ini ditaksir sekitar 5,5 persen sampai 5,9 persen, tapi diubah menjadi hanya 5,1 persen sampai 5,5 persen.
Apalagi jika hal tersebut dikaitkan dengan laju inflasi yang terjadi pada daerah itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau tahun kalender Mei 2014 terhadap Desember 2013) sebesar 1,29 persen.
Sedangkan laju inflasi tahunan (year on year) berdasarkan data yang dimiliki BPS Riau menyebutkan pada Mei 2014 terhadap Mei 2013 telah terjadi sebesar 7,16 persen.
"Seperti laju inflasi Kota Pekanbaru pada triwulan mendatang diperkirakan berada pada kisaran 6,6 persen sampai 7 persen, sedangkan secara triwulanan laju inflasi diperkirakan berkisar 0,6 persen sampai 1 persen," ujarnya.
Terjadinya inflasi di ibu kota Provinsi Riau pada kisaran tersebut, diperkirakan sedikit banyak dipengaruhi penguatan nilai tukar rupiah sejak awal 2014, sehingga berpotensi mendongkrak laju inflasi barang impor.
"Selain itu, persiapan kegiatan pemilihan presiden 2014 diperkirakan akan memicu inflasi pada beberapa komoditas seperti tarif angkutan, makanan dan minuman," ucapnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik saat melakukan rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR mengaku menyerah untuk mengejar target lifting minyak sebesar 870 ribu barel minyak per hari.
Dia memohon agar Komisi VII DPR menurunkan target lifting tersebut pada APBN perubahan tahun 2014 dari 870 ribu barel per hari menjadi 818 ribu barel per hari.
"Saya sudah mengais-ngais dan mencari-cari dari semua KKKS. Kemudian dapat 90.000 barel dan dapat tambahan 5.000 barel. Kita sudah mentok mencapai menerima realita 818 ribu barel minyak per hari," ucapnya.
Jero menceritakan sebelum mengais-ngais sumber baru dari kontraktor lifting minyak hanya 796,5 ribu barel minyak per hari. "Setelah kami hitung dari semua KKKS maksimum bisa dicapai 804 ribu barel. Ini kita naikkan menjadi 818 ribu barel per hari," katanya.
(M046/M027)
BI: pertumbuhan ekonomi dikoreksi gara-gara minyak
19 Juni 2014 22:09 WIB
Bank Indonesia (BI) (ANTARA News/Handry Musa)
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: