Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan melibatkan tim pendamping keluarga (TPK) untuk program makan bergizi gratis yang berkolaborasi dengan Badan Gizi Nasional dan seluruh pemangku kepentingan lain.

"Sasarannya itu kan anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, nah kalau anak sekolah datanya mudah, ada di sekolah, tarik (datanya) bisa kan, tetapi kalau ibu hamil, menyusui, balita, teman-teman TPK yang di dalamnya ada ibu PKK, bidan, kader, karena dia langsung turun ke keluarga, jadi tahu," kata Pelaksana Tugas Kepala BKKBN Sundoyo ditemui di Kantor BKKBN, Jakarta, Selasa.

Menurutnya, tim TPK lebih mengetahui kondisi keluarga yang membutuhkan intervensi pemberian makanan bergizi gratis sehingga penyalurannya dapat lebih tepat sasaran.

“Teman-teman TPK langsung turun ke keluarga jadi tahu, apakah ada keluarga yang sedang hamil, ada ibu yang sedang menyusui, ada balita atau enggak, dia masukkan data dan kita punya datanya,” ujar dia.

Ia menegaskan, BKKBN memiliki data berdasarkan nama dan alamat atau by name by address melalui pendataan keluarga sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemberian makanan bergizi gratis yang salah satu tujuannya untuk mencegah stunting.


Baca juga: Anggota DPR usul Program Makan Bergizi Gratis dibarengi edukasi

“Kalau terkait makanan bergizi gratis itu agar tepat sasaran kami juga akan coba mendiskusikan bagaimana data-data ini bisa dimanfaatkan sehingga nanti dari data yang ada itu betul-betul tepat sasaran, karena data kita by name by address ya, dan bahkan alamatnya itu pakai maps (peta digital) dan bisa langsung di-tracking (telusuri), si A, si B, ada di desa atau RT mana, kecamatan mana langsung terlihat,” paparnya.

Sundoyo juga mengemukakan, ketika di satu keluarga terindikasi stunting, tim pendamping keluarga perjuangannya juga maksimal.

“Pertama, mereka bawa itu ke puskesmas, ketika di puskesmas ternyata didiagnosa ini adalah stunting dan butuh intervensi, lalu misalnya dia harus makan yang cukup, makan yang bergizi, teman-teman tim pendamping keluarga ini juga harus bisa memastikan bahwa makanan itu harus betul-betul sampai mulut bayi yang didiagnosis stunting tadi,” tuturnya.

Menurutnya, pemberian makanan bergizi, utamanya untuk intervensi penurunan stunting, mesti dilakukan dari level yang paling bawah, mulai dari tingkat kelurahan, desa, bahkan RT/RW, serta keluarga.

“Kalau ini hanya mengandalkan puskesmas dari 280 juta sekian, lalu itu hanya akan di-cover oleh puskesmas atau posyandu, rasanya masih belum cukup optimal. Ini sudah bagus, dan kami kemarin sudah berdiskusi, mudah-mudahan makanan gratis bergizi ini tepat sasaran sehingga ke depan sumber daya manusia kita bisa menjadi luar biasa, dan Indonesia emas bisa tercapai,” demikian Sundoyo.

Baca juga: Kemenkes berdayakan ibu-ibu lokal siapkan makanan tambahan bergizi