USK gandeng ILO perkuat ekosistem rantai minyak nilam Aceh
15 Oktober 2024 18:12 WIB
Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan (kedua kiri) bersama Direktur ILO Indonesia Timor Leste Simrin C Singh memperlihatkan nota kerja sama penguatan ekosistem rantai minyak nilai di Banda Aceh, Selasa (15/10/2024). ANTARA FOTO/Ampelsa
Banda Aceh (ANTARA) - Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh menggandeng lembaga buruh dunia, International Labour Organization (ILO) untuk bekerja sama mengembangkan dan memperkuat ekosistem rantai minyak nilam di Provinsi Aceh.
Rektor USK Prof Marwan di Banda Aceh, Selasa mengatakan, kerja sama ini bertujuan merancang rencana induk dalam penguatan ekosistem rantai minyak nilam, sehingga memberi keuntungan kepada petani di Provinsi Aceh.
"Aceh dikenal sebagai penghasil minyak nilam. Kerja sama dengan ILO ini bertujuan memperkuat ekosistem minyak nilam, sehingga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani di Provinsi Aceh," katanya.
Rektor menyebutkan nilam Aceh dikenal sejak awal abad 20. Universitas Syiah Kuala mulai fokus dalam program pengembangan nilam sejak 10 tahun silam, di mana saat itu tingkat kesejahteraan petani masih rendah.
"Ketika itu, harga minyak nilam yang dijual petani berkisar Rp200 ribuan hingga Rp300 ribu per kilogram. Kini, harga minyak nilam mencapai Rp2,3 juta per kilogram. Minyak nilam dibutuhkan oleh berbagai industri dunia, sehingga menjadi potensi besar bagi petani di Aceh," kata Marwan.
Direktur ILO Indonesia dan Timur Leste Simrin C Singh menyambut baik kerja sama penguatan ekosistem rantai minyak nilam di Provinsi Aceh dengan Universitas Syiah Kuala. Dengan kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas petani nilam.
"Kerja sama ini menjadi momentum penting bagi petani nilam di Aceh. Kerja sama ini akan meningkatkan kapasitas petani nilam melalui pelatihan komprehensif, termasuk akses pasar serta peningkatan akses keuangan bagi petani," katanya.
Ia mengatakan, minyak nilam Aceh memiliki potensi mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Sektor minyak nilam tersebut juga berpeluang membuka banyak lapangan kepada masyarakat lokal.
"Dengan kerja sama ini, kami mempersiapkan dasar bagi rantai ekosistem minyak nilam berkelanjutan serta mendukung petani di Aceh memasarkan komoditas nilam hingga ke pasar internasional," kata Simrin C Singh.
Rektor USK Prof Marwan di Banda Aceh, Selasa mengatakan, kerja sama ini bertujuan merancang rencana induk dalam penguatan ekosistem rantai minyak nilam, sehingga memberi keuntungan kepada petani di Provinsi Aceh.
"Aceh dikenal sebagai penghasil minyak nilam. Kerja sama dengan ILO ini bertujuan memperkuat ekosistem minyak nilam, sehingga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani di Provinsi Aceh," katanya.
Rektor menyebutkan nilam Aceh dikenal sejak awal abad 20. Universitas Syiah Kuala mulai fokus dalam program pengembangan nilam sejak 10 tahun silam, di mana saat itu tingkat kesejahteraan petani masih rendah.
"Ketika itu, harga minyak nilam yang dijual petani berkisar Rp200 ribuan hingga Rp300 ribu per kilogram. Kini, harga minyak nilam mencapai Rp2,3 juta per kilogram. Minyak nilam dibutuhkan oleh berbagai industri dunia, sehingga menjadi potensi besar bagi petani di Aceh," kata Marwan.
Direktur ILO Indonesia dan Timur Leste Simrin C Singh menyambut baik kerja sama penguatan ekosistem rantai minyak nilam di Provinsi Aceh dengan Universitas Syiah Kuala. Dengan kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas petani nilam.
"Kerja sama ini menjadi momentum penting bagi petani nilam di Aceh. Kerja sama ini akan meningkatkan kapasitas petani nilam melalui pelatihan komprehensif, termasuk akses pasar serta peningkatan akses keuangan bagi petani," katanya.
Ia mengatakan, minyak nilam Aceh memiliki potensi mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Sektor minyak nilam tersebut juga berpeluang membuka banyak lapangan kepada masyarakat lokal.
"Dengan kerja sama ini, kami mempersiapkan dasar bagi rantai ekosistem minyak nilam berkelanjutan serta mendukung petani di Aceh memasarkan komoditas nilam hingga ke pasar internasional," kata Simrin C Singh.
Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024
Tags: