Pekanbaru (ANTARA News) - Ribuan warga Indonesia setiap tahunnya memilih berobat jantung ke Institut Jantung Nasional milik pemerintah Malaysia di Kuala Lumpur dengan berbagai alasan, sehingga institusi tersebut menilai Indonesia sebagai pasar potensial terbesar untuk wisata kesehatan.

"Banyak sekali orang Indonesia berobat ke Institut Jantung Nasional, dan dilihat dari jumlah pasien negara asing yang ada sebanyak 2.383 pada 2013, sebanyak 77 persen dari Indonesia," kata Manager Medical Tourism & business Development Institut Jantung Negara (IJN) Akim Affandi Ahmad kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

Bahkan, ia mengatakan kunjungan pasien Indonesia dalam periode Januari-Maret tahun ini mencapai 74 persen dari total pasien asing.

Menurut dia, tingginya minat pasien Indonesia membuat IJN terus melakukan pembenahan pelayanan. Salah satu layanan yang dalam penjajakan adalah melakukan kerjasama dengan asuransi, sehingga pasien lebih mudah dalam pembayaran.

"Banyak pasien Indonesia terpaksa membawa tas berisi uang ke Malaysia, dan itu kami coba selesaikan dengan menjajaki kerjasama dengan asuransi Indonesia," katanya.

Meski begitu, ia mengatakan IJN tidak hanya melihat sisi bisnis semata karena tetap membuka kesempatan menuntut ilmu bagi dokter-dokter dari luar negeri terutama dari Indonesia. Karena itulah, ia mengatakan rumah sakit itu mengambil nama institut karena IJN juga tempat berkumpul dokter spesialis jantung untuk sama-sama belajar dalam penanganan setiap kasus jantung.

"Sudah ada 34 dokter Indonesia yang menuntut ilmu di IJN," ujarnya.

Selain itu, ia mengatakan IJN juga akan bekerjasama dengan RS Cipto Mangunkusomo (RSCM) Jakarta dalam penanganan pasien jantung. Ia mengatakan penandatangan kesepakatan bersama (MoU) keduanya akan dilakukan pada bulan Juni ini.

"Nanti IJN dan RSCM akan menangani pasien jantung secara bersama. Kalau bisa dirujuk, kita tangani di IJN dan kalau tidak bisa, maka tim media kita yang akan ke Cipto," katanya.

Menurut dia, salah satu keunggulan IJN karena fasilitas dan tenaga medis yang tersedia cukup banyak. Jumlah tempat tidur pasien untuk penanganan kritis menapai 106 unit, dari total 461 unit yang ada. Kemudian, jumlah staf IJN mencapai 1.865 orang yang membantu kerja 96 dokter tetap.

Akim menambahkan, pihak IJN kini bekerjasama dengan maskapai Firefly untuk layanan paket wisata kesehatan dari Indonesia, untuk pasar di Pulau Sumatera. Menurut dia, paket wisata kesehatan ini merupakan yang pertama dan terlengkap yang pernah ditawarkan. Sedangkan, IJN memberikan layanan pemeriksaan jantung terbaik dengan harga lebih murah ketimbang rumah sakit swasta karena dimiliki oleh Pemerintah Malaysia.

"Jadi pasien tidak perlu bingung lagi mencari tiket penerbangan dan hotel untuk berobat karena semuanya sudah lengkap," ujar Akim.

Sales Manager Firefly Indonesia Achmad Nixon mengatakan paket wisata kesehatan ini bersifat menyeluruh mulai dari tiket pesawat, layanan penjemputan, hotel hingga pemeriksaan jantung lengkap di IJN dengan harga relatif murah untuk berobat di luar negeri.

Maskapai anak perusahaan dari Malaysia Airlines itu mulai gencar menawarkan paket wisata kesehatan jantung itu di daerah di Pulau Sumatera, yakni di Kota Banda Aceh, Medan, Batam dan Pekanbaru. Menurut dia, keunggulan layanan kesehatan ini adalah karena lebih murah dan cepat.

Paket kesehatan tersebut memberi kemudahan mendapatkan tiket dengan harga murah, layanan antar-jemput dari Skypark Sultan Abdul Aziz Shah, belasan pilihan hotel kelas bintang tiga dan empat untuk akomodasi, dan potongan harga pemeriksaan jantung di IJN.

Paket empat hari tiga malam, dengan satu hari "melancong" menikmati wisata Kota Kuala Lumpur, dibanderol dengan harga 1.860 Ringgit Malaysia atau setara sekitar Rp6,5 juta per orang untuk konsumen Pekanbaru dan Batam. Sedangkan, harga di Medan 1.820 Ringgit.

Sedangkan, untuk paket wisata kesehatan yang lebih singkat, yakni tiga hari dua malam ditawarkan seharga 1.450 Ringgit atau setara sekitar Rp5 juta per orang.

"Pasien dari Sumatera merasa lebih mudah ke Malaysia karena jaraknya lebih dekat. Selain itu, Indonesia-Malaysia masih satu rumpun, maka tidak banyak kendala dari segi bahasa dan budaya," kata Nixon.
(F012/M027)