Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan faktor geopolitik merupakan salah satu penyebab terjadinya pelemahan rupiah hingga mendekati level Rp12.000 per dolar AS.

"Mungkin yang utama adalah faktor dunia, karena kondisi geopolitik di Irak itu menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran adanya kenaikan harga minyak yang berdampak luas," katanya di Jakarta, Rabu malam.

Menurut Agus, situasi di Irak tersebut dikhawatirkan dapat menekan neraca perdagangan karena Indonesia masih mengimpor minyak bumi, dan dampaknya mempengaruhi defisit transaksi berjalan secara keseluruhan.

"Ada kekhawatiran kondisi di Irak menekan neraca perdagangan Indonesia, karena harga minyak meningkat dan dampaknya kepada transaksi berjalan," katanya.

Agus menambahkan faktor lainnya yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah kekhawatiran karena kemungkinan terjadinya kenaikan tingkat suku bunga di Amerika Serikat yang lebih cepat dari perkiraan, karena inflasi yang cenderung kuat.

"Di 2015 akan mulai ada penyesuaian tingkat bunga, tetapi situasi menunjukkan inflasi yang cenderung kuat, dikhawatirkan membuat itu terjadi lebih cepat," katanya.

Selain itu, Agus menambahkan, faktor lainnya adalah perkembangan ekonomi di Tiongkok dan Eropa serta permintaan valas musiman untuk pembayaran deviden maupun bunga keluar negeri.

"Kalau kondisi domestik, yang banyak mempengaruhi nilai tukar adalah pembelian dari korporasi retail untuk valas secara musiman karena mereka membutuhkan dana pembayaran ke luar negeri," katanya.

Terakhir, menurut Agus, faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah karena ada sedikit arus modal keluar dari portfolio saham dan surat utang dalam beberapa hari terakhir.

"Persaingan secara politis pada calon presiden juga mempengaruhi, jadi ini sifatnya unik,(pelemahan rupiah karena) kondisi dunia dan Indonesia," katanya.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, melanjutkan pelemahan sebesar 96 poin menjadi Rp11.988 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.892 per dolar AS.

Sebelumnya, dalam perdagangan valuta asing di dalam negeri pada Rabu (18/6), rupiah sempat tertekan menyentuh level Rp12.015 per dolar AS.

(S034/R010)