Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali mencatat kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen terhadap kondisi ekonomi Pulau Dewata pada September 2024 mencapai 145,7 dibandingkan bulan sebelumnya mencapai 139,8.

“Optimisme konsumen yang meningkat itu didorong tingkat inflasi yang terkendali serta Hari Raya Galungan dan Kuningan,” kata Kepala Perwakilan BI Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar, Senin.

Menurut bank sentral itu, rentang nilai indeks yang menjelaskan optimisme konsumen adalah di atas 100.

Dia menjelaskan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks secara nasional mencapai 123,5.

Adapun penopang IKK di Bali, lanjut dia, yakni Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

Baca juga: BI Bali sentuh 90 ribu pelajar dalam edukasi rupiah

Baca juga: BI Bali utamakan upaya 4K antisipasi risiko inflasi


Ia menjelaskan IKE berada dalam jalur positif karena dipengaruhi oleh seluruh komponen terutama pada Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama Saat Ini dibandingkan enam bulan lalu yang tumbuh dari 119,5 menjadi 128.

Kemudian, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini dibandingkan enam bulan lalu yang tumbuh dari 144 menjadi 148.

BI Bali juga mencatat ekspektasi masyarakat di Pulau Dewata yang positif dalam enam bulan mendatang di antaranya menyangkut lapangan kerja, kegiatan usaha dan penghasilan.

Erwin menjelaskan ekspektasi konsumen yang terjaga pada masa mendatang berpotensi mempengaruhi perkembangan konsumsi rumah tangga, perkembangan investasi, meningkatnya produktivitas dan daya saing, serta membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali.

“Hal ini tetap perlu diiringi dengan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat,” ucapnya.

Untuk itu, pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan mengawal stabilitas pasokan dan harga komoditas guna menjaga tingkat inflasi Provinsi Bali terjaga.

Adapun target inflasi di Bali berada pada rentang 2,5 persen plus minus satu persen.

Upaya lainnya, kata dia, membuat ekosistem pangan terintegrasi untuk menjaga daya beli petani dengan melibatkan BUMD sebagai pembeli.

“Itu untuk menjaga stabilitas harga, dengan margin harga di tingkat petani dan konsumen yang lebih berimbang,” katanya.

Baca juga: BI nilai sektor fesyen jadi mesin industri kreatif di Bali

Baca juga: BI Bali perluas digitalisasi pembayaran di Nusa Tenggara