Jakarta (ANTARA) - Pembuat mobil China diwartakan mengambil alih pabrik-pabrik di Rusia yang ditinggalkan oleh merek-merek Barat menyusul perang Rusia dengan Ukraina.

Siaran Carscoops pada Kamis (10/10) menyebutkan, sanksi dan tekanan politik akibat perang membuat sejumlah merek Barat meninggalkan Rusia sehingga meninggalkan kekosongan signifikan di pasar, termasuk pasar mobil.

Pembuat mobil asal China ikut mengisi kekosongan pasar menyusul perginya merek-merek Barat dari Rusia serta berhasil mendapat pangsa pasar besar di sana.

Menurut laporan Reuters yang dikutip oleh Carscoops, pabrikan asal China menyumbang lebih dari 50 persen penjualan mobil baru di Rusia dan peningkatan permintaan ini mendorong perusahaan mengambil alih pabrik yang dulunya dimiliki oleh produsen mobil Barat.

Baca juga: Penjualan mobil baru di Rusia melonjak dalam 10 bulan pertama 2023

Baca juga: Ratusan merek mobil China diperkirakan masuk pasar Rusia pada 2023


Mengutip lima orang yang mengetahui masalah pengambilalihan pabrik mobil di Rusia, Reuters mewartakan bahwa Chery sekarang membuat kendaraan di pabrik-pabrik Rusia yang ditinggalkan oleh Mercedes, Nissan, dan Volkswagen.

Pabrik-pabrik tersebut diwartakan akan digunakan untuk membangun model Tiggo dan Exeed, dengan Tiggo 7 diganti namanya menjadi Xcite X-Cross 7.

Namun, menurut warta Reuters pabrik-pabrik tersebut hanya akan digunakan untuk perakitan akhir karena mobil-mobil yang akan dibuat sudah dalam keadaan "hampir selesai" saat tiba.

​​​​​​Langkah ini bisa menjadi cara untuk menghindari tarif mengingat menurut publikasi tersebut Rusia menyasar kendaraan impor dengan biaya lebih tinggi.

Chery dikatakan menguasai hampir 20 persen pasar mobil penumpang, jadi melakukan perakitan akhir di Rusia bisa menjadi cara untuk mengamankan pijakan mereka.

Baca juga: Alfa Automotive bangun pabrik suku cadang mobil China di Moskow

Baca juga: Produsen mobil China BAIC resmi masuk ke pasar Indonesia