Dispertan Garut kembangkan inovasi penggilingan padi portabel
13 Oktober 2024 17:04 WIB
Penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat, Ahmad Nasir Ginanjar menunjukkan hasil karyanya mesin penggilingan padi portabel. (ANTARA/HO-Diskominfo Garut)
Garut (ANTARA) - Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut, Jawa Barat, terus melakukan penyempurnaan dan pengembangan inovasi hasil karya penyuluh pertanian dengan menciptakan penggilingan padi portabel yang memberikan manfaat mengurangi risiko biaya produksi sehingga lebih menguntungkan.
"Tinggal kita terus menyempurnakan teknologi yang dikembangkan oleh saudara Amad Nasir Ginanjar (penyuluh pertanian)," kata Kepala Dispertan Kabupaten Garut Haeruman di Garut, Minggu.
Ia menuturkan seorang penyuluh pertanian Ahmad Nasir Ginanjar (38) berhasil menciptakan karya mini huller padi portabel berbahan bakar gas yang karyanya berhasil masuk tahap finalis dalam ajang ASN Berprestasi Tingkat Jawa Barat.
Adanya karya tersebut, kata dia, tentunya akan diterapkan pada sektor pertanian di Kabupaten Garut, dan juga menjadi daya tarik daerah lain di Jawa Barat yang saat ini sudah banyak pemesanan terkait mesin tersebut.
"Akan diterapkan, iya, karena sudah ada kabupaten/kota di Jawa Barat yang memesan terkait mini huller portabel," katanya.
Ia menjelaskan, alat penggilingan padi tersebut menggunakan bahan bakar gas dengan perhitungan satu gas berat tiga kilo gram (kg) dapat menggiling hingga 400 kg beras dengan biaya penggilingan hanya Rp55 per kg.
"Ini jauh lebih murah dibandingkan penggilingan konvensional yang memakan biaya sekitar Rp700 per kilogram," katanya.
Ia juga menjelaskan kelebihan hasil dari penggilingan padi mencapai 68 persen atau lebih tinggi dari rata-rata penggilingan konvensional yang berkisar antara 60-62 persen.
Inovasi tersebut, lanjut dia, tentu menjadi kebanggaan Kabupaten Garut, bukan hanya memberikan keuntungan, tapi juga relevan dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan pertanian di Jawa Barat.
"Sebuah inovasi yang luar biasa dan menjawab tantangan masa kini," kata Haeruman.
Ahmad Nasir menyampaikan, awal mula menciptakan mesin penggilingan padi portabel berbahan bakar gas itu karena melihat persoalan di lapangan yang banyak petani mengeluhkan tingginya biaya produksi penggilingan, sehingga menurunkan keuntungan petani.
Setelah melalui riset dan konsultasi dengan akademisi maupun peneliti, kata Ahmad, akhirnya berhasil menciptakan mesin penggilingan padi portabel dan menjadi inovasi yang belum pernah ada di Indonesia.
"Mesin ini lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan menghasilkan rendemen padi yang lebih tinggi dibandingkan mesin penggiling eksisting," kata Ahmad.
Ia menyampaikan karyanya sudah terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual (Haki) yang telah diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, bahkan sudah diuji oleh Balai Mekanisasi Pertanian, Jawa Barat yang menunjukkan mesin tersebut mampu menggiling padi dengan efisiensi lebih tinggi dari mesin penggilingan konvensional.
Mesin itu, lanjut dia, memiliki ukuran yang tidak akan membutuhkan ruang besar karena hanya memiliki ukuran lebar sekitar 60 cm, panjang 110 cm, dan tinggi 120 cm, kemudian asumsi biaya operasi untuk satu tabung gas 3kg seharga Rp22 ribu dengan biaya hanya Rp55 per kilogram.
"Mesin ini tidak memakan tempat apalagi suaranya tidak bising, sehingga cocok menggiling di tengah pemukiman," katanya.
"Tinggal kita terus menyempurnakan teknologi yang dikembangkan oleh saudara Amad Nasir Ginanjar (penyuluh pertanian)," kata Kepala Dispertan Kabupaten Garut Haeruman di Garut, Minggu.
Ia menuturkan seorang penyuluh pertanian Ahmad Nasir Ginanjar (38) berhasil menciptakan karya mini huller padi portabel berbahan bakar gas yang karyanya berhasil masuk tahap finalis dalam ajang ASN Berprestasi Tingkat Jawa Barat.
Adanya karya tersebut, kata dia, tentunya akan diterapkan pada sektor pertanian di Kabupaten Garut, dan juga menjadi daya tarik daerah lain di Jawa Barat yang saat ini sudah banyak pemesanan terkait mesin tersebut.
"Akan diterapkan, iya, karena sudah ada kabupaten/kota di Jawa Barat yang memesan terkait mini huller portabel," katanya.
Ia menjelaskan, alat penggilingan padi tersebut menggunakan bahan bakar gas dengan perhitungan satu gas berat tiga kilo gram (kg) dapat menggiling hingga 400 kg beras dengan biaya penggilingan hanya Rp55 per kg.
"Ini jauh lebih murah dibandingkan penggilingan konvensional yang memakan biaya sekitar Rp700 per kilogram," katanya.
Ia juga menjelaskan kelebihan hasil dari penggilingan padi mencapai 68 persen atau lebih tinggi dari rata-rata penggilingan konvensional yang berkisar antara 60-62 persen.
Inovasi tersebut, lanjut dia, tentu menjadi kebanggaan Kabupaten Garut, bukan hanya memberikan keuntungan, tapi juga relevan dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan pertanian di Jawa Barat.
"Sebuah inovasi yang luar biasa dan menjawab tantangan masa kini," kata Haeruman.
Ahmad Nasir menyampaikan, awal mula menciptakan mesin penggilingan padi portabel berbahan bakar gas itu karena melihat persoalan di lapangan yang banyak petani mengeluhkan tingginya biaya produksi penggilingan, sehingga menurunkan keuntungan petani.
Setelah melalui riset dan konsultasi dengan akademisi maupun peneliti, kata Ahmad, akhirnya berhasil menciptakan mesin penggilingan padi portabel dan menjadi inovasi yang belum pernah ada di Indonesia.
"Mesin ini lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan menghasilkan rendemen padi yang lebih tinggi dibandingkan mesin penggiling eksisting," kata Ahmad.
Ia menyampaikan karyanya sudah terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual (Haki) yang telah diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, bahkan sudah diuji oleh Balai Mekanisasi Pertanian, Jawa Barat yang menunjukkan mesin tersebut mampu menggiling padi dengan efisiensi lebih tinggi dari mesin penggilingan konvensional.
Mesin itu, lanjut dia, memiliki ukuran yang tidak akan membutuhkan ruang besar karena hanya memiliki ukuran lebar sekitar 60 cm, panjang 110 cm, dan tinggi 120 cm, kemudian asumsi biaya operasi untuk satu tabung gas 3kg seharga Rp22 ribu dengan biaya hanya Rp55 per kilogram.
"Mesin ini tidak memakan tempat apalagi suaranya tidak bising, sehingga cocok menggiling di tengah pemukiman," katanya.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024
Tags: