Ditulis laman Channel News Asia, Minggu, Dr. Amy Comander, direktur program pengobatan gaya hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts, menyarankan untuk mengevaluasi bagaimana seluruh tubuh terasa, dan melakukan "pemeriksaan leher”.
Jika gejala sakit berada di atas leher, misalnya, hidung meler, hidung tersumbat, atau sakit tenggorokan, mungkin masih aman untuk berolahraga selama Anda merasa siap.
Namun jika mengalami gejala di bawah leher, seperti nyeri otot atau peningkatan detak jantung, itu mungkin merupakan tanda bahwa tubuh sedang bekerja keras untuk melawan infeksi, dan berolahraga dapat memperlambat waktu pemulihan, katanya.
Baca juga: Ahli: Redakan sakit pinggang dengan olahraga yang tepat
Baca juga: Naik tangga bisa turunkan resiko sakit jantung sabanyak 20 persen
Jika demam 100 derajat Fahrenheit (37,7 derajat Celsius) atau lebih tinggi, kata Dr. Greg Summerville, seorang dokter kedokteran olahraga di Universitas North Carolina di Chapel Hill, itu juga merupakan sinyal yang jelas untuk beristirahat, meskipun gejalanya ringan.
Baca juga: Ahli: Redakan sakit pinggang dengan olahraga yang tepat
Baca juga: Naik tangga bisa turunkan resiko sakit jantung sabanyak 20 persen
Jika demam 100 derajat Fahrenheit (37,7 derajat Celsius) atau lebih tinggi, kata Dr. Greg Summerville, seorang dokter kedokteran olahraga di Universitas North Carolina di Chapel Hill, itu juga merupakan sinyal yang jelas untuk beristirahat, meskipun gejalanya ringan.
Dokter menyarankan untuk lebih berhati-hati jika mengalami muntah atau diare, yang dapat menyebabkan dehidrasi parah.
Dr Comander menyarankan untuk menunggu setidaknya 24 jam setelah pulih dari penyakit gastrointestinal sebelum berolahraga.
Untuk gejala mirip flu, termasuk nyeri otot, kelelahan, dan nyeri sendi, pasien dapat kembali berolahraga secara bertahap setelah gejalanya mereda.
Jika sedang dalam pemulihan dari penyakit parah seperti pneumonia, atau jika dirawat di rumah sakit, tanyakan kepada dokter kapan waktu yang aman untuk berolahraga.Dr Comander menyarankan untuk menunggu setidaknya 24 jam setelah pulih dari penyakit gastrointestinal sebelum berolahraga.
Untuk gejala mirip flu, termasuk nyeri otot, kelelahan, dan nyeri sendi, pasien dapat kembali berolahraga secara bertahap setelah gejalanya mereda.
Untuk penyakit pernapasan seperti COVID-19, panduan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit untuk kembali ke aktivitas normal mempertimbangkan tingkat keparahan kasus sebelum berolahraga.
Jika tidak menunjukkan gejala, pasien dapat mencoba berolahraga tiga hari setelah hasil tes Anda positif.
Namun jika memiliki gejala signifikan yang berhubungan dengan jantung atau paru-paru seperti tekanan dada atau batuk terus-menerus, tunggu hingga gejala tersebut hilang sebelum mencoba berolahraga.
Namun jika memiliki gejala signifikan yang berhubungan dengan jantung atau paru-paru seperti tekanan dada atau batuk terus-menerus, tunggu hingga gejala tersebut hilang sebelum mencoba berolahraga.
Dr. Tanya Melnik, salah satu direktur Adult Post-COVID Clinic di M Health Fairview di Minnesota mengatakan sebelum berolahraga cobalah naik turun tangga, mengurus keperluan, atau sekadar berdiri selama beberapa menit.
Jika salah satu dari aktivitas tersebut membuat Anda kelelahan, mungkin terlalu dini untuk berolahraga.
Saat meningkatkan intensitas latihan, disarankan untuk mencoba tes bicara, jika tidak dapat berbicara selama latihan, mungkin intensitasnya perlu dikurangi.Jika salah satu dari aktivitas tersebut membuat Anda kelelahan, mungkin terlalu dini untuk berolahraga.
Baca juga: Manfaat dan waktu terbaik olahraga sore hari
Baca juga: Cara atur waktu olahraga di sela kesibukan kerja
Baca juga: Olahraga yang disarankan menjelang waktu tidur
Baca juga: Cara atur waktu olahraga di sela kesibukan kerja
Baca juga: Olahraga yang disarankan menjelang waktu tidur