Purwokerto (ANTARA) - Tim dosen Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto memberikan dukungan kepada petani di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, untuk membudidayakan stroberi yang ramah lingkungan melalui pelatihan pembuatan kompos dan pengendalian hayati.

"Pelatihan yang menjadi bagian dari pengabdian kepada masyarakat tersebut merupakan pelaksanaan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi langsung kepada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai penyebaran Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat," kata Juru Bicara Tim Dosen Unsoed Okti Herlina di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu.

Dalam hal ini, dia bersama dua dosen lainnya yang terdiri atas Sapto Nugroho Hadi dan Wilis Cahyani melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berbasis riset dengan mitra sasaran kegiatan Kelompok Tani Sida Urip di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga.

Menurut dia, letak Desa Serang yang berada di lereng Gunung Slamet dengan ketinggian sekitar 650-1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) serta curah hujan yang cukup tinggi sekitar 6,24 milimeter dan suhu rata-rata 20 derajat Celcius menjadikannya sebagai sentra budidaya berbagai komoditas hortikultura.

Bahkan, kata dia, stroberi merupakan salah satu komoditas unggulan yang dibudidayakan sejak tahun 2002 dan menjadi cikal bakal berdirinya agrowisata Desa Wisata Lembah Asri Serang (DLAS).

Baca juga: Mahasiswa Unsoed ciptakan 14 wirausaha baru di Desa Sokawera Banyumas

"Namun sejak tahun 2016, produksi stroberi mulai mengalami penurunan yang disebabkan oleh mahalnya harga bibit dan pupuk kimia sintetis, keberadaan hama penyakit, dan penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan agrokimia secara terus-menerus," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan tim dosen Agroteknologi menawarkan solusi bagi permasalahan yang sedang dihadapi oleh Kelompok Tani Sida Urip sebagai wadah bagi petani stroberi dalam berkoordinasi menjalankan kegiatan usaha taninya.

Menurut dia, upaya memanfaatkan sumber daya lokal untuk mendukung kegiatan budi daya stroberi menggunakan biofertilizer dan biopestisida agar lebih ramah lingkungan serta efisien dari sisi biaya produksi menjadi satu tantangan yang harus segera dijawab agar usaha tani stroberi di Desa Serang kembali bangkit dan meningkat produksinya.

"Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat berbasis riset ini, yaitu memberikan pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik, mendampingi praktik pembuatan pupuk dan pestisida organik, meningkatkan keterampilan dalam pemeliharaan tanaman stroberi, serta meningkatkan produksi stroberi dan pendapatan kelompok," katanya menjelaskan.

Lebih lanjut, Okti mengatakan berdasarkan hasil observasi terhadap lingkungan sekitar lahan budi daya stroberi dan wawancara dengan anggota Kelompok Tani Sida Urip, sumber daya nabati yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organik tersedia melimpah di Desa Serang.

Menurut dia, sumber daya nabati tersebut berupa hijauan sisa hasil panen sayuran, tanaman kembang bulan (Tithonia diversifolia), daun gamal, batang pohon pisang, dan kotoran kambing.

"Bahan tersebut memiliki kandungan unsur hara N, P, K, dan bahan organik yang dibutuhkan sebagai nutrisi pendukung pertumbuhan tanaman," katanya.

Ia mengatakan sumber daya nabati untuk mendukung pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat bersumber dari rimpang-rimpangan, daun sirsak, daun pepaya, dan daun tembakau.

Menurut dia, pengendalian hayati yang berbasis mikroba dan jamur Trichoderma sp serta Beuvaria Sp juga dapat digunakan sebagai pestisida organik.

"Kegiatan sosialisasi, pelatihan pembuatan kompos dan agensi hayati pengendali hama penyakit tanaman stroberi diikuti oleh kurang lebih 40 orang petani," katanya.

Selanjutnya, kata dia, dilakukan pembuatan lahan demonstrasi plot (demplot) budidaya stroberi untuk membuktikan bahwa transfer teknologi yang diberikan mampu mengimbangi dari kegiatan budidaya stroberi secara konvensional.

Menurut dia, hasil kegiatan pendampingan tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam pembuatan pupuk dan pestisida organik berbahan agensi hayati.

"Dari sisi hasil juga menunjukkan bahwa aplikasi teknologi ramah lingkungan dapat bersaing dengan penggunaan agrokimia. Budi daya stroberi konvensional menggunakan pupuk NPK (dengan perbandingan 16:16:16) menghasilkan produksi 37,45 kilogram per bedeng, sedangkan dengan penerapan teknologi kompos dan aplikasi pestisida hayati menghasilkan sebesar 38,69 kilogram per bedeng, luasan bedengan adalah 100 meter persegi," kata Okti.

Ketua Kelompok Tani Sida Urip Setiawan mengatakan kegiatan pelatihan tersebut sangat bermanfaat bagi petani stroberi di Desa Serang.

"Pelatihan tersebut meningkatkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam mengolah limbah pertanian dan peternakan sebagai pupuk organik sehingga tidak lagi ketergantungan terhadap pupuk kimia sintetis," katanya.

Baca juga: Ekonom Unsoed sebut deflasi perlu dikendalikan

Baca juga: Pakar Unsoed: Pencetakan sawah baru di Merauke seharusnya berhasil

Baca juga: Peneliti berbagai perguruan tinggi bahas ketahanan pangan di Unsoed