Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore terdepresiasi sebesar enam poin menjadi Rp11.801 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.795 per dolar AS.

"Rupiah bergerak masih dalam kisaran yang stabil meski berada di area negatif, diperkirakan Bank Indonesia mengambil langkah untuk meredam gejolak di pasar uang domestik," ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan bahwa aksi Bank Indonesia itu dinilai tepat dikarenakan secara fundamental ekonomi Indonesia juga cenderung melambat menyusul ekspektasi inflasi yang tinggi.

"Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) akan memicu inflasi tinggi, itu yang akan membuat nilai tukar rupiah akan cenderung melemah," ucapnya.

Kepala Riset Monex Investindo futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa faktor geopolitik di Irak membayangi sentimen pasar keuangan di kawasan Asia termasuk di Indonesia pada awal pekan ini menyusul gencarnya aksi pemberontakan di negara itu.

Selain itu, lanjut dia, tren penurunan kinerja sektor properti di Tiongkok menunjukkan pelemahan di bulan Mei tahun ini. Kemudian, bank sentral AS (the Fed) yang akan mengadakan pertemuan pada pekan ini, diyakini akan kembali memangkas porsi pembelian obligasinya sebanyak 10 miliar dolar AS sehingga total stimulus hanya tersisa 35 miliar dolar AS per bulan.

"Data ekonomi dan alur kebijakan bank sentral negara maju akan mendominasi sentimen pasar keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia," katanya.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini (16/6), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.814 dibandigkan posisi sebelumnya Rp11.781 per dolar AS.